Kajian Prospek Bandeng Ditinjau dari Segi Usahatani dan Pemasaran di Desa Kalanganyar Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo
Abstract
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam, terutama
di dalam lautnya. Wilayah Indonesia 70% merupakan wilayah laut dan memiliki
garis pantai yang sangat panjang. Potensi sumberdaya perikanan dibagi menjadi
dua yaitu perikanan laut dan perikanan darat. Tingkat konsumsi ikan penduduk
Indonesia masih sangat rendah. Tingkat konsumsi ikan nasional hingga 2009
tercatat rata-rata baru mencapai 30,17 kilogram per kapita per tahun atau lebih
rendah dibanding pola pangan harapan yang seharusnya, yaitu sebesar 31,4 kg.
Upaya pengembangan ikan perikanan darat sangat diperlukan untuk mengatasi
masalah rendahnya konsumsi ikan laut akibat harganya yang relatif mahal.
Kabupaten Sidoarjo adaah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur
yang memiliki potensi perikanan darat, khususnya ikan bandeng. Produksi ikan
bandeng di Kabupaten Sidoarjo merupakan yang terbesar dibandingkan
Kabupaten/Kota Madya lain di Provinsi Jawa Timur. Wilayah tambak di
Kabupaten Sidoarjo membentang dari utara hingga selatan sepanjang pantai timur,
yaitu mulai dari Kecamatan Waru hingga Kecamatan Jabon. Kecamatan Sedati
merupakan wilayah yang menghasilkan produk ikan rata-rata paling banyak
diantara tujuh kecamatan yang lain, terutama untuk hasil produksi bandeng.
Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive method) berdasarkan data
yang diperoleh dari BPS Kabupaten Sidoarjo yang menyatakan bahwa Desa
Kalanganyar merupakan sentra budidaya bandeng. Metode pengambilan data yang
digunakan yaitu dengan disproportionate stratified random sampling untuk
menentukan sampel petambak dan snowball sampling untuk menentukan
lembaga-lembaga yang terlibat di dalam pemasaran bandeng. Hasil analisis menunjukkan: (1) karakteristik usahatani bandeng di Desa
Kalanganyar adalah dengan menggunakan air laut (air aisn) serta masih adanya
penggunaan pupuk alami yang mampu menumbuhkan pakan alami sehingga
menyebabkan citarasa gurih pada bandeng yang dihasilkan. (2) dasar
pertimbangan petambak memilih lembaga pemasaran (pedagang pengumpul)
dalam memasarkan bandeng yaitu karena adanya kebiasaan, kepercayaan,
kemudahan mendapatkan uang, dan hutang piutang. Prosentase terbesar dasar
pertimbangan petambak dalam memilih lembaga pemasaran (pedagang
pengumpul) adalah kepercayaan dengan nilai 37,14%. (3) terdapat dua jenis
saluran pemasaran bandeng di Desa Kalanganyar: a) pola pemasaran bandeng
segar yang terdiri dari saluran pemasaran dua tingkat dan saluran pemasaran tiga
tingkat dengan nilai margin pemasaran berturut-turut adalah Rp. 2.271,43/kg dan
Rp. 2.614,29/kg, b) pemasaran bandeng olahan yang terdiri dari saluran
pemasaran dua tingkat dan saluran pemasaran tiga tingkat dengan nilai margin
pemasaran yang sama yaitu Rp. 22.115,38/kg. Peningkatan nilai marjin
disebabkan peningkatan biaya pemasaran dan penurunan keuntungan pemasaran.
(4) Hasil analisis SWOT usahatani dan pemasaran bandeng: a) total nilai IFAS
sebesar 2,06 dan total nilai EFAS sebesar 2,04. Pada matrik kompetitif relatif
berada di posisi White Area yang berarti bahwa usaha tersebut memiliki prospek
untuk dikembangkan, pada matrik internal eksternal terletak pada daerah V
pertumbuhan/stabilitas dengan menggunakan strategi agresif. b) trategi yang dapat
dilaksanakan dari segi usahatani dengan cara mengoptimalkan produktivitas
tambak dengan menggunakan teknik usahatani bandeng secara intensif tanpa
mengesampingkan aspek organik, dari segi agroindusrti dengan selalu melakukan
inovasi produk dan promosi secara maksimal melalui berbagai media baik secara
online maupun non-online.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]