PERUBAHAN MORFOLOGI Shigella dysenteriae AKIBAT PAPARAN EKSTRAK ETANOL BIJI KAKAO (Theobroma cacao) SECARA IN VITRO
Abstract
Diare merupakan penyumbang utama dari ketiga angka kesakitan dan
kematian anak di berbagai negara termasuk Indonesia. Di Indonesia, diare
merupakan penyebab utama kematian balita. Sebagian dari diare tersebut
merupakan shigellosis atau lebih dikenal dengan nama disentri basiler. Shigellosis
disebabkan oleh infeksi bakteri S. dysenteriae.
Dalam beberapa tahun terakhir, S. dysenteriae telah resisten terhadap
antibiotik yang umum digunakan seperti ampisilin, kotrimoksazol, kloramfenikol,
tetrasiklin, dan sulfametoxazol-trimetropim, tetapi belum terjadi resistensi
terhadap siprofloksasin dan seftriakson. Siprofloksasin merupakan drug of choice
pada kasus Shigellosis, namun hingga saat ini siprofloksasin tidak diindikasikan
untuk anak sampai usia 18 tahun dan wanita hamil, sedangkan kasus Shigellosis
lebih sering terjadi pada anak. Seftriakson merupakan second line pada kasus
Shigellosis. Seftriakson bersifat aman digunakan pada anak, namun seftriakson
hanya bisa diberikan secara Intra Muscular dan belum tersedia dalam sediaan
oral.
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan adanya suatu upaya pengembangan
sumber antibiotik dari tanaman yang dapat digunakan sebagai alternatif antibiotik
terhadap S. dysenteriae. Salah satu yang berpotensi dikembangkan adalah biji
kakao (Theobroma cacao) karena dalam penelitian yang dilakukan oleh Setiawan
(2011) ditemukan bahwa ekstrak etanol biji kakao memiliki efek antibakteri
terhadap pertumbuhan S. dysenteriae. Pada penelitian tersebut didapatkan Kadar
Hambat Minimal (KHM) ekstrak etanol biji kakao terhadap S. dysenteriae adalah
15,6 mg/ml. Adanya potensi kadar hambat ekstrak etanol biji kakao terhadap S.
dysenteriae dimungkinkan berhubungan dengan keberadaan polifenol dalam
htttp://unej.library.ac.id/
htttp://unej.library.ac.id/
htttp://unej.library.ac.id/
htttp://unej.library.ac.id/
ekstrak etanol biji kakao yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur
dinding sel S. dysenteriae setelah terpapar ekstrak tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan morfologi bakteri S.
dysenteriae setelah terpapar ekstrak etanol biji kakao konsentrasi 7,8 mg/ml, 15,6
mg/ml, dan 31,2 mg/ml. Metode pengamatan morfologi bakteri yang digunakan
adalah uji Scanning Electron Microscope. Jenis penelitian ini adalah True
Experimental Design dengan rancangan penelitian Posttest Only Control Group
Design. Sampel yang digunakan adalah koloni bakteri S. dysenteriae yang
disesuaikan dengan standar 0,5 Mc Farland. Konsentrasi larutan uji yang
digunakan adalah 7,8 mg/ml, 15,6 mg/ml, dan 31,2 mg/ml. Kontrol positif yang
digunakan adalah suspensi seftriakson 8 μg/ml dan kontrol negatif yang
digunakan adalah larutan aquades steril. Data yang diperoleh pada penelitian ini
berupa gambaran perubahan morfologi bakteri S. dysenteriae. Data kemudian
dianalisis dengan metode deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji kakao konsentrasi
7,8 mg/ml, 15,6 mg/ml, dan 31,2 mg/ml menyebabkan terjadinya perubahan
morfologi bakteri S. dysenteriae berupa elongasi (pemanjangan) dan secara visual
bakteri tampak lebih kurus dari keadaan normal. Selain itu, pada data perlakuan
dengan ekstrak etanol biji kakao konsentrasi 31,2 mg/ml tampak terjadi
penyempitan di beberapa bagian tubuh bakteri. Dari data tersebut tampak
perbedaan kemampuan berbagai serial konsentrasi ekstrak etanol biji kakao dalam
menimbulkan perubahan morfologi bakteri S. dysenteriae yang ditunjukkan
dengan semakin besar perubahan morfologi yang terjadi dari konsentrasi 7,8
mg/ml sampai dengan 31,2 mg/ml. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol biji
kakao maka semakin besar daya antibakterinya sehingga semakin besar pula
perubahan morfologi yang terjadi. Namun penelitian ini memiliki beberapa
kelemahan, salah satunya adalah tidak dilakukannya pengulangan.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]