igor Hibrida Sifat Agronomi Genotipe Kedelai Pada Persilangan Antara Unej-1, Unej-2, dengan Malabar
Abstract
Kedelai merupakan tanaman terpenting ketiga di Indonesia setelah padi
dan jagung, karena kedelai merupakan sumber protein serta rendah kolesterol dan
kebutuhannya selalu meningkat setiap tahunnya. Namun kebutuhan yang
meningkat tersebut tidak diimbangi dengan produksi kedelai dalam negeri,
sehingga dilakukan impor kedelai dari negara lain.
Penelitian ini membahas mengenai peningkatan produktivitas varietas
kedelai yang diupayakan melalui peningkatan potensi hasil varietas dengan cara
perakitan varietas unggul dan varietas tipe baru yang berdaya hasil tinggi. Salah
satu upaya untuk memperoleh varietas unggul kedelai adalah melalui persilangan.
Dengan dilakukannya persilangan di antara semua pasangan tetuanya, dapat
diketahui potensi hasil dari suatu kombinasi hibrida.
Adapun tujuan dilaksanakan penelitian yakni untuk mengetahui vigor
hibrida berdasarkan sifat agronomi yang diteliti dari persilangan Unej-1 x
Malabar, Malabar x Unej-1, Unej-2 x Malabar dan Malabar x Unej-2. Parameter
pengamatan yang dilakukan meliputi tinggi tanaman, jumlah cabang utama per
tanaman, jumlah polong total per tanaman, jumlah biji per tanaman, berat 100 biji,
berat biji per tanaman dan umur panen. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Politeknik Negeri Jember,
mulai bulan april sampai juli 2010, menggunakan metode Rancangan Acak
Kelompok (RAK) Subsampling dengan perlakuan 7 genotipe dengan 3 kali
ulangan, kemudian di cari nilai %Heterosisnya dan dilanjutkan menggunakan uji
T-test.
Didapatkan hasil terdapat salah satu sifat yang menunjukkan fenomena
vigor hibrida yakni pada umur panen. Secara keseluruhan Parameter umur panen
untuk semua persilangan menunjukkan nilai heterosis yang positif, sedangkan
untuk beberapa sifat yang lain tidak menunjukan fenomena vigor hibrida, seperti
tinggi tanaman, jumlah cabang utama per tanaman, jumlah polong total per
tanaman, jumlah biji per tanaman, berat 100 biji dan berat biji per tanaman.
Heterosis yang tinggi memberi petunjuk bahwa tetua jantan dan tetua
betina memiliki gen-gen yang dominan dan dapat bekerja sama dengan baik.
Heterosis bukan mengacu pada penggabungan dua sifat baik dari kedua tetua
kepada keturunan hasil persilangan, melainkan pada penyimpangan dari
penampilan yang diharapkan dari penggabungan dua sifat yang dibawa kedua
tetuanya. Contoh paling jelas adalah pada jagung hibrida. Penyimpangan ini
sebagian besar bersifat positif, dalam arti melebihi rata-rata penampilan kedua
tetuanya dan menunjukkan daya pertumbuhan (vigor) yang lebih besar. Dalam
keadaan demikian (positif), heterosis dapat dinyatakan dengan istilah hybrid
vigor. Silangan yang menunjukkan heterosis diketahui memiliki postur yang lebih
besar, fertilitas yang lebih tinggi, pertumbuhan yang lebih cepat, serta ketahanan
terhadap penyakit yang lebih baik daripada rata-rata tetuanya.
Umur panen merupakan satu-satunya sifat agronomik yang mampu
menunjukan fenomena vigor hibrida yang diwariskan oleh kedua tetua. Setelah
dilanjutkan dengan menggunakan uji T-test terlihat dari semua persilangan
menunjukkan nilai berbeda sangat nyata pada parameter umur panen, hal tersebut
berarti bahwa F1 yang dihasilkan terbukti memiliki umur panen yang lebih
singkat dari rata-rata kedua tetuanya. Sifat hasil persilangan yang memberikan
sumbangan total yang positif terhadap pertumbuhan tanaman berpengaruh dalam
meningkatkan hasil produksi kedelai sehingga efektif untuk seleksi selanjutnya.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4325]