PERBANDINGAN ANTARA TERAPI STANDAR DENGAN TERAPI MODIFIKASI REDUKSI TERHADAP PROFIL GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 SELAMA PUASA RAMADAN
Abstract
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit akibat gangguan metabolisme
yang kronik, dengan jumlah penderita sekitar 170 juta jiwa penduduk dunia.
Indonesia kini memasuki epidemi DM tipe 2 dan termasuk negara penyumbang
pendertita DM terbesar dunia, dimana mayoritas penduduknya adalah muslim.
Salah satu kewajiban seorang muslim adalah menjalankan ibadah puasa di bulan
ramadan. Selama ramadan, terjadi perubahan fisiologis tubuh yang dapat
mempengaruhi parameter glikemi pada pasien DM. Hipoglikemi merupakan
komplikasi utama yang insidensinya meningkat pada pasien DM selama berpuasa.
Untuk mencegah komplikasi DM menjadi lebih lanjut selama puasa ramadan,
dibutuhkan menejemen terapi yang tepat, salah satunya adalah terapi modifikasi
reduksi sesuai rekomendasi American Diabetes Association.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan antara terapi
standar dengan terapi modifikasi reduksi terhadap profil gula darah penderita DM
tipe 2 selama ramadan. Penelitian dilakukan dengan cara eksperimental semu
dengan pendekatan Times Series Design. Penelitian dilakukan selama bulan
ramadan, yakni pada bulan Juli-Agustus 2012. Penelitian ini memiliki satu
kelompok uji yang terdiri dari 38 objek penelitian. Setiap objek diberikan dua
macam perlakuan terapi. Evaluasi dilakukan melalui pengujian kadar gula darah
sebanyak 4 kali untuk tiap perlakuan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada penderita DM tipe 2 yang
berpuasa, diketahui terjadi penurunan point prevalensi rate hipoglikemi relatif,
dari 18,91% untuk terapi standar menjadi 0% setelah diterapkan terapi modifikasi
reduksi selama 5 hari. Selain itu, dari penelitian diketahui pula bahwa terdapat perbedaan profil gula darah antara setiap perlakuan. Perubahan pada terapi
modifikasi reduksi adalah penurunan dosis obat saat makan sahur. Hasil dari
modifikasi reduksi dosis obat tersebut terbukti memperbaiki kadar glukosa plasma
selama berpuasa. Selain penurunan dosis saat sahur, perubahan pada terapi
modifikasi reduksi adalah penambahan dosis obat saat berbuka. Hasil dari
penambahan dosis obat tersebut dapat ditinjau dari selisih kadar rerata gula darah
2 jam post prandial buka antara terapi standar dan terapi modifikasi reduksi,
terdapat penurunan yang bermakna. Hal ini menunjukkan penambahan dosis saat
berbuka terbukti dapat mencegah hiperglikemi dengan menurunkan kadar gula 2
jam post prandial berbuka.
Dari kajian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada setiap
perlakuan dalam penelitian ini. Meskipun begitu, hasil dari penelitian ini belum
mempertimbangkan pengaruh asupan kalori dan jenis aktivitas, dimana keduanya
merupakan faktor perancu utama yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.
Adapun saran yang dapat diberikan peneliti adalah perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut untuk meneliti profil gula darah DM tipe 2 selama berpuasa dengan
mempertimbangkan asupan kalori dan aktivitas fisik.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1506]