PROSES SOSIALISASI MASYARAKAT TENGGER DALAM TRADISI ENTAS-ENTAS DAN KASADHA
Abstract
Masyarakat Tengger khususnya desa Ngadisari memiliki budaya menarik dan
unik yang tetap bertahan sampai sekarang. Meskipun pengaruh luar cukup tinggi, namun berbagai tradisi tersebut masih tetap
dijalankan, di antaranya adalah upacara Entas-entas dan Kasadha. Bertahannya
tradisi tersebut tidak lepas dari proses sosialisai, sehingga menarik untuk dikaji.
Penelitian ini ingin menganalisis bagaimana tradisi tersebut dilaksanakan dan
disosialisasikan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa upacara adat masyarakat
Tengger terbagi menjadi upacara lingkup keluarga dan upacara lingkup desa.
Diantaranya yang peneliti kaji proses sosiaisasi dalam lingkup keluarga adalah
Entas-entas sedangkan dalam lingkup desa adalah Kasadha dan sebuah harapan bagi
peneliti bisa mencakup seluruh tradisi yang ada di Tengger dalam proses
sosialisasinya. Permasalahan yang diangkat oleh peneliti yakni “bagaimana proses
berlangsungnya Entas-entas dan Kasadha, juga bagaimana proses sosialisasi tradisi
tersebut bagi masyarakat Tengger dalam mensosialisasikan kepada warga
masyarakat dan generasi muda pada masyarakat Tengger”. Penelitian ini
mengunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Informan dipilih dengan
menggunakan metode Purposive. Sumber data yang digunakan adalah data primer
dan data sekunder. Pada masyarakat Tengger, dalam aktifitas sosialisasi tersebut tidak
terlepas dari peranan dukun beserta asisten dan wong sepuh selaku person-person
yang memiliki kewenangan secara khusus dalam sosialisasi tradisi masyarakat
Tengger. Adapun kepala desa beserta jajarannya juga memiliki peranan yang sama
terkait tradisi-tradisi pada masyarakat Tengger. Proses sosialisasi tradisi Enta-entas dan Kasadha pada masyarakat Tengger dilakukan melalui proses sosialisasi primer
dan sekunder. Dimana pada proses sosialisasi yang pada awalnya agen sosialisasi
keluarga selaku kelompok primer, artinya memiliki peranan utama dalam sosialisasi
tradisi Entas-entas dan Kasadha tersebut, dengan memberikan pemahaman kepada
anak-anaknya dari apa saja yang sudah diajarkan oleh dukun, legen
dan perangkat desa. Selanjutnya kelompok sekunder meneruskan atau memberikan
tambahan transfer nilai tradisi itu kepada generasi muda masyarakat Tengger.
Kelompok sekunder yang dimaksud adalah Agen sosialisasi pendidikan,
2
3
Legen adalah asisten dukun pada masyarakat Tengger dalam membantu aktivitas
dukun tersebut
Wong sepuh merupkan tokoh masyarakat yang berusia tua, peranan pada
masyarakat tengger juga membantu dukun dalam aktivitas sosialisasi.
viii
2
, wong sepuh
3