STRATEGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PELATIHAN KETERAMPILAN BORDIR
Abstract
Penelitian ini bertujuan: Untuk mengetahui, mendeskripsikan dan
menganalisis strategi pemberdayaan perempuan melalui pelatihan keterampilan
bordir dalam usahanya membangun peran gender perempuan di Desa Yosomulyo
Kecamatan Gambiran.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Tehnik penentuan informan dengan menggunakan purposive sampling yaitu
tehnik pengumpulan informan dengan cara sengaja. Pengumpulan data dengan
cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data dengan
menggunakan member check, yaitu dengan menanyakan kembali pertanyaan yang
telah terangkum dalam pemahaman peneliti, untuk memastikan kebenaran makna
yang telah dibuat.
Pemberdayaan perempuan melalui pelatihan keterampilan bordir adalah
suatu program yang masuk dalam agenda PNPM Mandiri pemerintah Kecamatan
Gambiran. Program ini bertujuan untuk membangun peran gender para
perempuan di Desa Yosomulyo dengan cara memberikan modal berupa
pengetahuan dan keterampilan bordir. Dengan pemberian modal ini diharapkan
para perempuan dapat memenfaatkan keterampilan tersebut serta dapat
memberdayakan dirinya sendiri sehingga memperkecil ketergantungannya
terhadap suami.
Untuk mencapai tujuan pemberdayaan tersebut, maka dibutuhkanlah
strategi. Strategi dalam pemberdayaan ini ada beberapa, antara lain adalah
sosialisasi, pemberian bantuan fisik berupa dana, mesin bordir dan keperluan
lainnya, pemberian modal berupa keterampilan serta kerjasama dengan pengusaha
bordir.Setelah program selesai dilaksanakan, langkah selanjutnya yang harus
dikerjakan untuk mengukur keberhasilan atau tidaknya suatu program
pemberdayaan adalah proses evaluasi. Menurut informasi yang telah diperoleh
dari informan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pemberdayaan perempuan
melalui pelatihan keterampilan bordir dapat dinyatakan kurang berhasil. Hal ini
karena tingkat keberhasilan yang dicapai hanya mampu menembus angka 40%,
meskipun tingkat kemampuan penguasaan materi peserta bisa dibilang tinggi
yakni menembus angka 90%. Hal ini terjadi karena berbagai macam kendala
seperti kurangnya jumlah pelatih, jumlah mesin bordir yang sedikit, serta
kurangnya perhitungan pihak penyelenggara akan rencana jangka panjang untuk
para peserta, sehingga nasib para peserta kurang jelas setelah diadakannya
pelatihan, selain itu nasib mesin bordir yang sebelumnya dipakaipun kini hanya
tidak dipergunakan dengan baik.