GAMBARAN EFEK SAMPING TERAPI DOTS (DIRECTLY OBSERVED TREATMENT SHORT-COURSE) FASE INTENSIF PADA PASIEN TUBERKULOSIS RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PARU JEMBER (COHORT STUDY)
Abstract
Penyakit tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis), yakni kuman aerob yang
dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ tubuh hidup lainnya yang
mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi. Sejak tahun 1994 WHO menetapkan
DOTS (Directly Observation Treatment Short-Course) sebagai strategi
penyembuhan TB jangka pendek dengan pengawasan secara langsung. Salah satu
elemen dalam strategi DOTS adalah pengobatan dengan penggunaan obat tunggal
FDC (Fixed Doses Combination) yaitu kombinasi 2 sampai 4 obat anti TB dalam satu
tablet.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran efek samping yang
muncul pada terapi DOTS fase intensif berdasarkan usia, jenis jelamin, dan berat
badan, mengetahui onset munculnya efek samping obat pada pasien TB, dan
menganalisis munculnya efek samping obat pada pasien yang berobat di Rumah Sakit
Paru Jember dan pada pasien yang berobat di Puskesmas. Dalam pemakaian obat-
obat anti TB tidak jarang ditemukan kejadian efek samping yang mempersulit sasaran
pengobatan. Pengertian efek samping obat (ESO) adalah setiap pengaruh obat yang
tidak dikehendaki, yang merugikan atau membahayakan pasien dalam dosis
terapeutik untuk pencegahan, atau pengobatan penyakit. Sehingga diperlukan
pengamatan tentang efek samping obat pada penggunaan terapi DOTS.
Pada Pengamatan kali ini, pengambilan data dilakukan secara cohort dengan
quota waktu selama 19 Januari sampai 19 April 2010. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 92 pasien, yang terdiri dari 54 pasien yang berobat di RS Paru Jember dan
38 pasien yang berobat di Puskesmas dan kontrol kembali ke RS Paru Jember setelah
2 bulan pengobatan di Puskesmas. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode
wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek samping obat anti TB yang timbul
terdapat 12 macam efek samping yaitu yaitu badan lemah, nafsu makan menurun,
mual, kembung, nyeri ulu hati, sulit tidur, sakit kepala, gatal-gatal, kesemutan, linu-
linu, sesak dan demam. Berdasarkan usia, pasien yang paling sering terpapar efek
samping adalah usia rentang 46-60 tahun yaitu sebesar 32,3% . Berdasarkan jenis
kelamin, pasien laki-laki lebih banyak terkena efek samping dibandingkan pasien
perempuan dengan prosentase 64,5%, dan berdasarkan berat badan, pasien yang
paling sering terpapar efek samping adalah pasien pada rentang berat badan 41-50 kg
yaitu sebesar 61,3%.
Pada sepuluh hari pertama efek samping yang muncul paling tinggi adalah
efek samping berupa mual dengan prosentase 18,9%. Pada sepuluh hari kedua efek
samping yang muncul paling tinggi adalah sesak dengan prosentase 15,1%. Pada
sepuluh hari ketiga efek samping yang muncul paling tinggi adalah nyeri ulu hati dan
sakit kepala dengan prosentase masing-masing 8,5%. Pada sepuluh hari keempat
nyeri ulu hati masih menjadi efek samping yang muncul paling tinggi dengan
prosentase 6,1%. Pada sepuluh hari kelima efek samping yang muncul paling tinggi
adalah nyeri ulu hati dan linu- linu dengan prosentase masing-masing 7,1%. Pada
sepuluh hari keenam efek samping yang muncul paling tinggi adalah sesak sebesar
8,7%.
Dengan menggunakan uji statistik Chi-square dengan tingkat kepercayaan
95%, dapat diketahui usia diatas 45 tahun memiliki nilai yang signifikan (P = 0,01).
Artinya usia diatas 45 tahun mempengaruhi timbulnya efek sampanig, dan dapat diketahui
pula perbedaan munculnya efek samping obat anti TB pada pasien RS Paru Jember dan pasien Puskesmas juga memiliki nilai yang signifikan (P = 0,0004).
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]