POLA PEMAKAIAN ANTIBIOTIK PASIEN RAWAT INAP DI SMF BEDAH RSUD DR. SOEBANDI JEMBER PERIODE JANUARI - DESEMBER 2007
Abstract
Penggunaan antibiotika dalam lima dekade terakhir sangat meningkat, namun
angka morbiditas dan mortalitas penyakit infeksi masih tetap tinggi. Menurut
penelitian US National Ambulatory Medical Care Survey pada tahun 1989, setiap
tahun sekitar 84% setiap pasien mendapatkan antibiotika, 47,9% resep pada pasien
terdapat antibiotika. Dan didapatkan angka kematian akibat infeksi karena
penggunaan antibiotik tidak tepat mencapai dua sampai tiga kali lipat dibanding
penggunaan antibiotik secara tepat. Angka tersebut menurut perhitungan banyak ahli
sebenarnya sudah cukup mencemaskan. Juga ditemukan resistensi kuman yang cukup
tinggi karena pemakaian antibiotika berlebihan tersebut. Berdasarkan tingkat
pendidikan dan pengetahuan masyarakat serta fakta yang ditemui sehari-hari,
tampaknya pengguanaan antibiotika di Indonesia jauh lebih banyak dan lebih
mencemaskan (Kohanski, 2007 ).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pola pemakaian antibiotik
pada lima kasus terbanyak pasien rawat inap di SMF bedah RSUD dr. Soebandi
Jember periode 1 Januari–31 Desember 2007. Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Penelitian ini dilakukan di ruang rekam medis RSUD dr. Soebandi Jember
pada bulan bulan mei 2008.
Hasil penelitian menunjukan
bahwa lima kasus terbanyak pasien rawat inap di
SMF Bedah RSUD dr. Soebandi Jember periode 1 Januari-31 Desember 2007, yaitu
cedera otak ringan 51 %, cedera otak berat 25 %, fraktur cruris 11 %, apendisitis akut
8 %, dan Ca. mammae 5 %. Jenis antibiotik yang paling banyak di gunakan pada
kasus cedera otak ringan adalah kombinasi antibiotik golongan Sefalosporin dan
Penisilin (55 %), antibiotik golongan Sefalosporin (25 %), kombinasi antibiotik golongan Sefalosporin dan Quinolol (10 %), antibiotik golongan Penisilin (8 %), dan
kombinasi antibiotik Sefalosporin dan Aminoglikosida serta kombinasi antibiotik
Sefalosporin dan antibiotik golongan lainnya seperti Metronidazol (1 %). Jenis
antibiotik yang paling banyak di gunakan pada kasus cedera otak berat adalah
antibiotik golongan Sefalosporin (66 %), kombinasi antibiotik golongan Sefalosporin
dan Penisilin (21 %), antibiotik golongan Penisilin dan kombinasi antibiotik golongan
Sefalosporin dan Quinolol (6 %), dan kombinasi antibiotik Sefalosporin dan
Aminoglikosida (1 %). Jenis antibiotik yang paling banyak di gunakan pada kasus
fraktur cruris adalah antibiotik golongan Sefalosporin (70 %), kombinasi antibiotik
golongan Sefalosporin dan Penisilin (16 %), kombinasi antibiotik golongan
Sefalosporin dan Quinolol (12 %), dan antibiotik golongan Penisilin (2 %). Jenis
antibiotik yang paling banyak digunakan pada kasus apendisitis akut adalah
kombinasi antibiotik golongan Sefalosporin dan Penisilin (37%), antibiotik golongan
Sefalosporin (27 %), kombinasi antibiotik Sefalosporin dan antibiotik golongan
lainnya seperti Metronidazol (20 %), kombinasi antibiotik golongan Sefalosporin dan
Kuinolol (13 %), dan antibiotik golongan Penisilin (3 %). Jenis antibiotik yang paling
banyak di gunakan pada kasus Ca. Mammae adalah kombinasi antibiotik golongan
Sefalosporin dan Quinolol (55 %), antibiotik golongan Sefalosporin dan kombinasi
antibiotik golongan Sefalosporin dan Penisilin (20 %), dan kombinasi antibiotik
Sefalosporin dan antibiotik golongan lainnya seperti Metronidazol (5 %).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah jenis antibiotik yang paling banyak
digunakan pasien rawat inap di SMF Bedah RSUD dr. Soebandi Jember periode 1
Januari-31 Desember 2007 yaitu antibiotik golongan Sefalosforin 40 %, kombinasi
antibiotik golongan Sefalosporin dan Penisilin 39 %, kombinasi antibiotik golongan
Sefalosporin dan Quinolol sebanyak 12 %, antibiotik golongan Penisilin 6 %,
kombinasi antibiotik golongan Sefalosporin dan golongan lainnya seperti
Metronidazol 2 %, dan kombinasi antibiotik golongan Sefalosporin dan
Aminoglikosida 1 %.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]