PENGARUH LIMBAH PADAT KOTORAN TERNAK HASIL PENGENDAPAN SETELAH PELARUTAN TERHADAP SERAPAN N, P DAN PERTUMBUHAN BAYAM MERAH (Alternanthera amoena Voss)
Abstract
Kotoran padat ternak (sapi, kambing, ayam) mengandung unsur hara
lengkap baik makro maupun mikro, oleh karena itu banyak petani yang
menggunakan sebagai pupuk, tetapi kotoran tersebut tidak dapat langsung
digunakan karena C/N rasionya masih tinggi sehingga masih menunggu kotoran
tersebut terdekomposisi. Salah satu cara untuk mempercepat proses dekomposisi
kotoran padat tersebut dilakukan inkubasi dengan menggunakan EM-4 atau
formula lain selama 15 hari. Dalam penelitian ini kotoran ternak yang digunakan
adalah bagian padatan setelah kotoran tersebut dilarutkan dalam air dengan
pengadukan. Padatan ini merupakan hasil sampingan dari proses pelarutan,
sedangakan hasil utamanya berupa larutan diadakan penelitian secara terpisah.
Diduga dalam bahan padatan tersebut masih tersisa unsur- unsur hara walaupun
sebagian sudah terlarut dalam air. Dengan perlakuan inkubasi dan penambahan
EM-4 diharapkan dapat mempercepat proses pelepasan unsur hara sehingga dapat
tersedia bagi tanaman. Untuk mengetahui dan menguji ketersediaan unsur hara
tersebut digunakan tanaman bayam merah (Alternanthera amoena Voss) sebagai
indikator. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk (limbah padat
kotoran ternak hasil pengendapan setelah pelarutan) dan macam pupuk kandang
yang paling tepat untuk pertumbuhan bayam merah, mengetahui interaksi macam
pupuk kandang dan dosis terhadap pertumbuhan tanaman bayam merah.
mengetahui serapan hara N dan P pada tanaman bayam merah, mengetahui
pengaruh pupuk kandang (sapi, kambing dan ayam) terhadap sifat kimia tanah
setelah panen.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan April 2005 di
rumah kaca Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jember. Penelitian
dirancang menurut rancangan acak kelompok dengan tiga kali ulangan. Perlakuan
terdiri dari dua faktor, yaitu perlakuan macam pupuk kandang sebagai faktor
pertama terdiri atas pupuk kandang (sapi, kambing, ayam) (berasal dari kotoran
padat ternak yang masih segar). Faktor kedua yaitu dosis pupuk terdiri atas empat
taraf yaitu D0 (0 kgN/ha), D1 (48 kgN/ha), D2 (96 kgN/ha), D3 (144 kgN/ha).
Parameter yang diamati kapasitas tukar kation, bahan organik tanah, N-total tanah,
P-total tanah dan serapan N, P tanaman, tinggi tanaman, berat basah dan berat
kering tanaman. Dari hasil pengamatan dan pembahasan diatas dapat diambil
beberapa kesimpulan:
Dosis yang paling tepat untuk pertumbuhan bayam merah adalah D3
(144kgN/ha), pupuk kandang ayam memberikan pengaruh yang nyata terhadap
pertumbuhan bayam merah. Interaksi pupuk kandang ayam dengan dosis D2 (96kgN/ha) dan D3 (144kgN/ha) memberikan pengaruh nyata terhadap
pertumbuhan tanaman bayam merah. Pemberian pupuk pada media tanam tidak
berpengaruh pada kadar N, P jaringan tanaman serta serapan N tanaman.
Pemberian pupuk kandang (sapi, kambing, ayam) tidak menunjukkan adanya
pengaruh yang nyata terhadap N tanah. Ada interaksi antara dosis dan macam
pupuk terhadap bahan organik tanah dan kapasitas tukar kation tanah.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]