PERLAWANAN SIMBOLIK SKUTERIS (VESPA) GEMBEL
Abstract
Perlawanan Simbolik Skuteris Vespa Gembel sangat menarik untuk dicermati.
Perlawanan ini disebabkan karena adanya ketidak puasan para penggemar motor
skuter gembel terhadap kondisi realitas sosial pada saat ini. Pada awalnya Vespa
merupakan jenis kendaraan bermotor yang lahir sebagai produk dari era modernisasi
saat ini dimana semua alat yang dipakai untuk membantu dan mempermudah semua
aspek kebutuhan manusia mengalami bentuk perubahan, yaitu menggunakan mesin,
dan motor skuter Vespa merupakan salah satu pelopor kendaraan bermotor yang
menggunakan mesin pada era pertama. Seiring berjalannya waktu motor skuter Vespa
menjadi kendaraan tua yang semakin terpinggirkan oleh kedatangan produk-produk
baru alat transportasi roda dua (motor) dan secara otomatis pengguna motor skuter
vespa semakin sedikit. Pengguna dalam hal ini digambarkan dalam subyek manusia
dan masyarakat semakin tergiur oleh gemerlap ilusi motor baru dan parade
pembaharuan produk motor yang dihasilkan oleh pabrikan-pabrikan kendaraan
bermotor asal jepang, seperti Honda, Suzuki, Yamaha, Kawasaki, dan sebagainya.
Dengan demikian, maka faktor inilah juga yang melatarbelakangi terbentuknya
komunitas pengemar motor skuter dengan tujuan untuk menampung para penggemar
motor skuter dan diharapkan dapat mempermudah mereka (para penggemar motor
skuter) untuk bisa sharing atau bertukar pikiran mengenai skuter Vespa. Namun
terdapat tujuan lain dibalik pembentukan sebuah komunitas motor skuter Jember
Scooter Club yaitu untuk menyuarakan isi hati dan kritik mereka terhadap kondisi
masyarakat saat ini yang dinilai telah menjadi korban ilusi motor baru dan fashion
atau gaya busana, sehingga menurut kacamata para skuteris budaya dan situasi seperti
ini hrus dibenarkan dan disadarkan. Oleh karena itulah mereka membentuk suatu
counter culture atau budaya tandingan sebagai bentuk simbol perlawanan terhadap
subyek pihak yang dilawan. Simbol tersebut divisualisasikan dalam modifikasi
gembel pada motor skuter vespa mereka, seperti mengelupas cat motor,
menambahkan body tambahan pada motor skuter dan meninggalkan bentuk aslinya,
menempelkan benda-benda rongsokan dalam motor skuter mereka seperti kaleng
bekas, keset, spanduk, hingga plang papan nama yang sengaja dipasang pada motor
mereka, serta mereka dengan sengaja membuat kebiasaan hidup mereka menjadi
gembel, tidak pernah mandi, memakai pakaian lusuh, memakai rambut gimbal hingga
menambahkan aksesoris yang kotor dan unik pada tubuh mereka. Semua ini mereka
lakukan untuk membuat suatu budaya tandingan ditengah-tengah masyarakat. Tujuan
para penggemar motor skuter vespa (skuteris) melakukan ini adalah untuk mengkritisi
konstruk-konstruk pemikiran tentang makna motor baru yang terus-menerus hadir
dan selalu di perbaharui lagi. Selain itu untuk mengkritisi budaya pengelolaan
lingkungan yang mereka aplikasikan dalam aksi penempelan benda-benda rongsokan
pada motor mereka dan ingin menyuarakan budaya originalitas dalam masyarakat,
bahwa sesungguhnya manusia itu harus bersikap apa-adanya dan original (asli).
Mengenai media perlawanan yang mereka lakukan yaitu dijalanan. Jalanan
merupakan tempat favorit bagi para skuteris untuk melancarkan aksinya. Bagi
mereka, jalanan adalah tempat dimana banyak terdapat orang-orang yang lewat dan
memang sejatinya mereka mengatasnamakan komunitas kendaraan bermotor. Media
selanjutnya adalah pada tempat-tempat gathering tempat dimana kegiatan event
berlangsung.
Dampak dari aksi para skuteris ini tidak kebanyakan mendapat tanggapan dan
respon yang berbeda dari masyarakat yang melihatnya, dan bahkan seringkali tidak
sesuai dengan apa yang disampaikan oleh para skuteris tersebut. Masyarakat
seringkali menganggap para skuteris gembel sebagai pemuda tanpa masa depan yang
cenderung gila dan banyak pula dari masyarakat yang menganggap mereka lucu dan
aneh, serta unik. Bagi para skuteris, hal ini tidak dipermasalahkan oleh mereka. Hal
ini dikarenakan para skuteris tersebut melakukan aksinya berdasarkan kesukaan dan
kegemaran mereka juga, dan mereka tidak mempedulikan respons dari masyarakat
yang melihatnya.