EFEKTIVITAS SARI KEDELAI (Glycine max L.) SEBAGAI PENGHAMBAT PROLIFERASI SEL PADA KANKER KOLON TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI 7,12-Dimetilbenz(a)antrasen (DMBA)
Abstract
Terjadinya kegagalan terapi pada kebanyakan kanker yang diakibatkan oleh
tingginya toksisitas sistemik dan timbulnya resistensi dari agen kemoterapi, mendorong
para peneliti untuk mencari agen kemopreventif baru dengan efek toksisitas sistemik
yang rendah untuk meminimalisir terjadinya kegagalan terapi kanker (Bredel, 2001).
Salah satu usaha menemukan agen kemopreventif baru adalah melalui penelitian
terhadap tanaman obat yang digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk
mencegah terjadinya kanker. Salah satu kandidat yang berkhasiat sebagai antikanker
adalah tanaman kedelai (Glycine max L.) (Koswara, 2006).
Tanaman kedelai (Glycine max L. Merill) merupakan spesies tumbuhan yang
termasuk dalam famili Papilionaceae. Senyawa tumbuhan ini dilaporkan mempunyai
sifat antikanker, antara lain : inhibitor protease, phitat, saponin, phitosterol, asam lemak
omega-3 dan isoflavon. Di antara antikanker tersebut, perhatian terbesar ditujukan
kepada isoflavon (Koswara, 2006). Jenis senyawa isoflavon ini adalah genistein, daidzein,
dan glycitein (Ayuningtias, 2009). Penghambatan sel kanker oleh isoflavon dicapai
melalui mekanisme perbaikan regulasi siklus sel yang menyebabkan proliferasi gen
abnormal menurun. Secara in vitro, sari kedelai terbukti dapat menghambat proses
karsinogenesis (Pawiharsono, 2008). Berdasarkan hal tersebut, kedelai berpotensi
sebagai agen kemopreventif baru termasuk untuk kanker kolon, maka dilakukan
penelitian ilmiah lebih lanjut untuk mengetahui efektivitas sari kedelai (glycine max l.)
sebagai penghambat proliferasi sel pada kanker kolon tikus putih (rattus norvegicus)
yang diinduksi 7,12-dimetilbenz(a)antrasen (DMBA).
Jenis penelitian ini adalah true experimental laboratories (Pratiknya, 2003)
dengan desain Post Test Only Control Group Design. Pemilihan subjek penelitian
untuk pengelompokan dan pemberian perlakuan dengan menggunakan simple
random sampling (Notoatmodjo, 2002) dengan 2 kelompok kontrol, yaitu kontrol
negatif (pemberian pur + aquadest) dan kontrol positif (DMBA 4,2 mg/hari) serta
3 kelompok perlakuan, yaitu P1 (sari kedelai dosis 5 mg/hari + DMBA 4,2
mg/hari), P2 (sari kedelai dosis 10 mg/hari + DMBA 4,2 mg/hari), dan P3 (sari
kedelai dosis 20 mg/hari + DMBA 4,2 mg/hari).
Berdasarkan penelitian ini sari kedelai (Glycine max L.) terbukti
berpengaruh terhadap gambaran proliferasi sel kanker kolon, yaitu dengan
mendetoksifikasi karsinogen reaktif menjadi non reaktif melalui peningkatan
ekspresi glutathion S-transferase (GST), penundaan siklus sel, dan meningkatkan
ekspresi gen-gen antiproliferasi seperti TGF β dan TP53.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1508]