UJI KLINIS PEMAKAIAN VITAMIN C TOPIKAL TERHADAP PENCEGAHAN PIGMENTASI AKIBAT PEMAPARAN SINAR MATAHARI
Abstract
Saat ini telah terjadi penyimpangan pemaknaan “cantik” dengan “kulit
putih” oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia terutama wanita. Sebagian wanita
ternyata tidak percaya diri hanya karena kulitnya tidak putih. Matahari pun menjadi
musuh utama bagi banyak kaum perempuan, karena tanpa perlindungan, matahari
dapat menggelapkan warna kulit. Beberapa tahun belakangan ini, masyarakat
Indonesia diramaikan dengan berita-berita yang mengatakan bahwa penggunaan
vitamin C dosis tinggi dalam bentuk suntik ataupun lotion (serum) dapat memutihkan
dan mencerahkan kulit. Bahkan hampir di setiap media yang menampilkan produkproduk
pemutihan kulit, selalu menyebutkan salah satu komposisi dari produknya
yang berupa vitamin C. Meskipun belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan
bahwa memang benar vitamin C dapat memutihkan kulit, masyarakat tetap percaya
dan semakin banyak yang mencobanya. Vitamin C sering diklaim memiliki efek
kecantikan karena memang merupakan vitamin yang penting dalam proses
pembentukan kolagen, yaitu satu jenis protein penyusun jaringan ikat pada kulit,
sendi, pembuluh darah, mata, hati, dan berbagai organ tubuh lain. Salah satu fungsi
vitamin C yang lain adalah penghambat enzim tirosinase, yang berperan juga dalam
pembentukan melanin. Jika kulit terlalu sering terpapar sinar matahari, maka enzim
tirosinase akan terangsang untuk segera membentuk melanin (Zullies Ikawati, 2009).
Penelitian ini akan membuktikan, apakah vitamin C dalam bentuk topikal dapat
menghambat pigmentasi kulit akibat paparan sinar matahari.
Rancangan penelitian ini adalah quasi experimental dengan desain non
randomized pretest-posttest control group design, yang membandingkan kelompok
perlakuan dengan kelompok kontrol dengan melakukan pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan. Penelitian ini menggunakan 10 orang sukarelawan yang akan
mendapatkan perlakuan yang seragam dan menjadi kontrol bagi dirinya sendiri.
Bentuk perlakuan yang diberikan pada penelitian ini adalah pemberian vitamin C
topikal pada punggung tangan kiri dan ditunggu selama setengah jam. Kedua
punggung tangan sukarelawan juga ditempelkan plester hitam kurang lebih 3x4 cm
kemudian kedua punggung tangan sukarelawan dipaparkan sinar matahari selama
setengah jam. Setelah itu, dilakukan pengamatan dan pengukuran pada kedua
punggung tangan dan diukur perubahan pigmentasi yang terjadi menggunakan skin
tone chart.
Pengamatan dilakukan setengah jam setelah punggung tangan dipaparkan
pada sinar matahari. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan uji
statistik Paired Sample T-test dan uji statistik non parametrik Chi-square. Karena
jumlah sampel yang kecil maka digunakan juga uji statistik Fisher Exact. Uji statistik
Paired Sample T-test digunakan untuk mendapatkan nilai rerata perubahan derajat
pigmentasi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Sedangkan uji statistik
non parametrik Chi Square dan Fisher Exact digunakan untuk mengetahui apakah
ada hubungan antara variabel (nominal) pada masing masing kelompok.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil pada kelompok
kontrol yaitu 90% dari sukarelawan mengalami perubahan pigmentasi setelah
pemberian placebo dan pemaparan pada sinar matahari. Sedangkan untuk kelompok
perlakuan didapatkan hasil yaitu 80% dari sukarelawan mengalami perubahan
pigmentasi setelah pemberian vitamin C topikal dan pemaparan pada sinar matahari.
Pengukuran dilakukan menggunakan skin tone chart dan vitamin C topikal yang
digunakan adalah Sodium Ascorbil Phosphate 10%.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
pemberian vitamin C topikal tidak terbukti dapat menghambat pigmentasi kulit akibat
pajanan sinar matahari, tidak terdapat perbedaan perubahan derajat pigmentasi antara
pemberian vitamin C topikal dan pemberian placebo, risiko perubahan derajat
pigmentasi antara pemberian vitamin c topikal dan pemberian placebo adalah sama.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1506]