HUBUNGAN SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) TERHADAP PERILAKU PETANI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN JERUK SIAM
Abstract
Pengembangan pertanian dalam kurun waktu lima tahun terakhir mulai
diarahkan pada komoditas hortikultura. Dimana dengan pengembangan agribisnis
hortikultura tersebut diyakini dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
keluarga petani. Perkembangan tersebut dapat dilihat dengan semakin
meningkatnya produksi buah-buahan selama lima tahun terakhir. Dampak
pengembangan agribisnis hortikultura tersebut adalah adanya serangan OPT yang
menyebabkan kehilangan hasil pada beberapa komoditas hortikultura. Untuk
mengatasi hal tersebut maka diperlukan adanya kegiatan perlindungan
hortikultura pada komoditas yang dianggap potensial untuk dikembangkan.
Diantara beberapa macam tanaman hortikultura yang mengalami
kehilangan hasil, salah satu yang menjadi prioritas oleh Dinas Pertanian Tanaman
Pangan dan Hortikultura Kabupaten Jember adalah buah jeruk. Hal tersebut
dikarenakan oleh adanya serangan CVPD pada Tahun 1998 yang mengakibatkan
kematian tanaman jeruk siam di beberapa daerah di Kabupaten Jember. Beberapa
daerah tersebut diantaranya adalah daerah Umbulsari, Semboro dan Bangsalsari.
Pada ketiga daerah tersebut petani menanam jenis jeruk yang sama yaitu jeruk
siam. Pada umumnya petani jeruk siam tidak dapat mengetahui apakah penyebab
dari kerusakan yang terjadi pada tanaman jeruk siam, sehingga untuk
mengatasinya petani seringkali memberikan penanganan yang kurang tepat.
Dengan adanya kekhawatiran mengenai serangan OPT pada
tanaman jeruk siam
maka Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Jember
mengadakan SLPHT Jeruk mulai tahun 2002.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) perilaku petani setelah
mengikuti SLPHT jeruk siam, (2) hubungan faktor sosial ekonomi dengan
perilaku petani setelah mengikuti SLPHT jeruk siam, (3) perbedaan produktivitas
tanaman jeruk siam antara sebelum dan sesudah kegiatan SLPHT jeruk siam.
v
Tempat penelitian ditentukan secara sengaja, yaitu Desa Karangsono
Kecamatan Bangsalsari dan Desa Sukoreno Kecamatan Umbulsari. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, korelasional, dan komparatif
sedangkan pengambilan contoh dilakukan secara total sampling. Data yang
digunakan adalah data primer melalui wawancara secara langsung dengan
responden dan data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait. Analisis yang
digunakan adalah analisis Chi Square dan deskriptif untuk mengetahui perilaku
petani setelah mengikuti SLPHT jeruk siam. Analisis Rank Spearman untuk
mengetahui hubungan faktor sosial ekonomi dengan perilaku petani setelah
SLPHT jeruk siam, dan analisis Jenjang Bertanda Wilcoxon untuk mengetahui
perbedaan produktivitas tanaman jeruk siam sebelum dan sesudah SLPHT jeruk
siam.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Jumlah petani yang termasuk
dalam kategori perilaku tinggi lebih banyak daripada jumlah petani yang termasuk
dalam kategori perilaku rendah, (2) faktor yang memiliki hubungan dengan
perilaku petani setelah mengikuti SLPHT jeruk siam adalah faktor luas lahan dan
modal sedangkan faktor pendidikan, pengalaman, dan frekuensi kehadiran tidak
memiliki hubungan dengan perilaku petani, (3) terdapat perbedaan produktivitas
tanaman jeruk siam antara sebelum dan sesudah petani mengikuti SLPHT jeruk
siam.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]