Show simple item record

dc.contributor.authorDafista Diyantika
dc.date.accessioned2014-01-20T05:40:04Z
dc.date.available2014-01-20T05:40:04Z
dc.date.issued2014-01-20
dc.identifier.nimNIM092010101009
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/18256
dc.description.abstractPenyakit infeksi masih menjadi masalah yang mendominasi dalam bidang kesehatan. Salah satu infeksi yang cukup sering dan hampir menyerang semua manusia adalah infeksi oleh Staphylococcus aureus. Menurut Tally (dalam Kasim, 2005), S. aureus merupakan bakteri patogen Gram positif yang mudah tumbuh pada kebanyakan medium bakteriologis dalam keadaan aerob maupun anaerob fakultatif. Penggunaan antibiotik sebagai terapi adalah faktor utama terjadinya resistensi. Pola kepekaan kuman S. aureus terhadap enam jenis antibiotik di wilayah Jakarta Timur menunjukkan bahwa kuman ini telah resisten terhadap antibiotik dengan urutan tetrasiklin 53,3%, streptomisin 44,8%, kloramfenikol 23,6%, ampisilin 18,1%, eritromisin 6,6%, dan penisilin 4,2% (Refdanita et al., 2002). Oleh karena itu, seiring dengan meningkatnya resistensi bakteri harus diimbangi dengan penemuan obat baru. Pada penelitian terdahulu telah dibuktikan bahwa ekstrak etanol biji kakao (Theobroma cacao) memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus secara in vitro (Tamarizki, 2011). Walaupun efek antibakteri ekstrak etanol biji kakao telah dapat dibuktikan, namun belum dapat ditunjukkan perubahan morfologi apa yang terjadi pada S. aureus setelah dilakukan paparan terhadap ekstrak etanol biji kakao. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji perubahan morfologi bakteri S. aureus setelah diberikan ekstrak etanol biji kakao pada konsentrasi 31,25 mg/ml, 15,6 mg/ml dan 7,8 mg/ml secara in vitro. Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimental Design dengan rancangan Posttest Only Control Group Design. Sampel yang digunakan adalah S. aureus. Konsentrasi larutan uji yang digunakan adalah ekstrak etanol biji kakao dengan konsentrasi 31,2 mg/ml; 15,6 mg/ml; dan 7,8 mg/ml sedangkan kontrol negatifnya adalah larutan aquades steril dan kontrol positifnya adalah suspensi sefaleksin 4 µg/ml. Metode yang digunakan untuk pengamatan perubahan morfologi bakteri S. aureus adalah uji scanning electron microscope. Data yang diperoleh adalah gambaran perubahan morfologi S.aureus pada scanning electron microscope. Data kemudian dianalisis dengan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan morfologi yaitu pembesaran ukuran diameter sel pada pemberian ekstrak etanol biji kakao konsentrasi 7,8 mg/ml dan 15,6 mg/ml serta terjadinya tonjolan pada dinding sel dan pembesaran ukuran diameter sel pada sel bakteri S. aureus yang diberi ekstrak etanol biji kakao konsentrasi 31,25 mg/ml. Perubahan yang terjadi dilihat dengan menggunakan scanning electron microscope dengan perbesaran 3500 kali.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries092010101009;
dc.subjectStaphylococcus aureusen_US
dc.titlePERUBAHAN MORFOLOGI Staphylococcus aureus AKIBAT PAPARAN EKSTRAK ETANOL BIJI KAKAO (Theobroma cacao) SECARA IN VITROen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record