Uji Potensi Daya Antibakteri Tanaman Mengkudu terhadap Penyebab Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum Gaum.) pada Tanaman Pisang
Abstract
Salah satu penyakit penting yang dapat menurunkan produksi
pisang di Indonesia ialah penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh
Ralstonia solanacearum atau Pseudomonas solanacearum. Tingkat kerugian yang
disebabkan oleh penyebab penyakit layu bakteri mencapai kurang lebih 80 persen.
Bakteri R. solanacearum merupakan patogen tular tanah yang mampu
membentuk struktur tahan dan bersifat polifag, hal ini menyebabkan penyakit sulit
dikendalikan, baik dengan bahan kimia maupun dengan kultur teknik, oleh karena
itu perlu alternatif pengendalian yang efektif dan ramah lingkungan, salah satunya
dengan memanfaatkan pestisida nabati.
Salah satu tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai bahan pestisida nabati
ialah tanaman mengkudu, karena pada semua bagian tanaman mengkudu
mengandung zat kimia yang bersifat antibakteri, dan diduga mampu menghambat
pertumbuhan bakteri R. solanacearum sebagai penyebab penyakit layu bakteri
pada tanaman pisang. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan pengujian
dari semua bagian-bagian tanaman mengkudu, guna mengetahui efektivitas
penghambatan ekstrak dari semua bagian tanaman mengkudu terhadap
pertumbuhan bakteri R. solanacearum dan bagian mana dari tanaman mengkudu
yang paling efektif serta konsentrasi pengencerannya dalam menghambat
pertumbuhan bakteri R. solanacearum.
Penelitian dilakukan dua tahap yaitu penelitian secara in vitro (di
Laboratorium) dan in vivo (di Rumah Kaca). Penelitian pada uji in vitro maupun
in vivo dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Faktorial, dengan dua perlakuan. Pada uji in vitro masing-masing perlakuan
terdiri dari tiga ulangan dan uji in vivo terdiri dari sembilan ulangan. Perlakuan
pertama adalah tanaman mengkudu (A), yang terdiri dari akar (A1), daun (A2),
iii
buah muda (A3) dan buah tua (A4). Perlakuan kedua adalah konsentrasi
pengenceran (B), yang terdiri dari konsentrasi 100% (B3), 75% (B2), 50% (B1)
dan kontrol (menggunakan air steril/tanpa ekstrak ) digunakan sebagai
pembanding.
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara menggerus masing-masing
bagian tanaman mengkudu yang telah bersih, dengan menggunakan mortar,
selanjutnya suspensi ekstrak disaring, sampai memperoleh larutan induk ekstrak
bagian tanaman mengkudu sebanyak 225 ml, kemudian dari 225 ml larutan induk
dibagi tiga bagian, masing-masing sebanyak 100 ml, 75 ml dan 50 ml larutan
induk ekstrak, untuk memperoleh konsentrasi pengencaran 75% dan 50%, maka
dilakukan penambahan air aquades steril sebanyak 25 ml ke dalam larutan induk
75 ml, dan penambahan air steril sebanyak 50 ml, ke dalam 50 ml larutan induk,
sedangkan untuk pengenceran 100%, 100 ml larutan induk ekstrak, tidak
ditambahakan air aquades steril, Pada pengujian in vitro masing-masing
pengenceran larutan induk ekstrak disterilkan, sedangkan pada uji in vivo, masingmasing
pengenceran
larutan
induk
ekstrak
tidak
disterilkan.
Pengujian in vitro dilakukan dengan cara mencampur 1ml masing-masing
ekstrak bagian-bagian tanaman mengkudu dengan 10 ml media CPG cair dan
dituang ke dalam cawan petri. Inokulasi bakteri dilakukan dengan cara
mencelupkan kertas filter yang berdiameter 5 mm ke dalam suspensi bakteri
R. solanacearum, kemudian kertas tersebut diletakkan di atas lempengan medium
CPG padat yang mengandung ekstrak tanaman mengkudu. Pengamatan dilakukan
dengan cara mengukur diameter koloni bakteri yang tumbuh selama 1-7 hari
setelah inokulasi (HSI) dan persentase penghambatan (daya antibakteri) tanaman
mengkudu terhadap isolat R. solanacearum.
Uji in vivo dilakukan dengan menyiapkan polybag yang telah diisi dengan
media tanam berupa campuran tanah, pasir dan pupuk kandang dengan
perbandingan 1:1:1 sebanyak 3 kg per polybag, selanjutnya bibit tanaman pisang
yang berumur lebih kurang 1 bulan ditanam pada media tanaman tersebut.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]