Efektivitas Formulasi Bacillus subtilis dan Pseudomonas fluorescens Untuk Mengendalikan Penyakit Layu Fusarium pada Tanaman Pisang Kepok (Musa balbisiana cv. kepok)
Abstract
Layu Fusarium merupakan salah satu penyakit pisang yang paling banyak
menyebabkan kehilangan hasil lebih dari 35%. Penyakit ini disebabkan oleh jamur
Fusarium oxysporum f.sp cubense. Sampai saat ini, diketahui bahwa ada 4 ras
F. oxysporum yang menyerang tanaman pisang di dunia. Ras 1 patogenik terhadap pisang bergenom AAA, AAB dan AAAA, ras 2 menyerang pisang dengan genom ABB dan AAAA, ras 3 hanya patogen terhadap tanaman hias Heliconia caribea, dan ras 4 adalah ras paling ganas yang menyerang semua jenis pisang.
Dilaporkan bahwa Bacillus subtilis sudah digunakan untuk mengendalikan
F. oxysporum f.sp lycopersici pada tomat, dan Phytophthora capsici pada cabai,
dan Pseudomonas fluorescens sudah banyak digunakan untuk mengendalikan
penyakit tanaman, diantaranya untuk mengendalikan penyakit layu Fusarium pada
mentimun, layu bakteri pada pisang (Ralstonia solanacearum) dan antraknos pada
tanaman cabai merah. Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini ingin
digunakan B. subtilis dan P. fluorescens sebagai agen untuk mengendalikan F.
oxysporum pada pisang kepok (M. balbisiana cv. kepok). Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui (1) Efektivitas kombinasi B. subtilis dan P. fluorescens,
dan B. subtilis atau P. fluorescens secara tunggal untuk mengendalikan penyakit
layu Fusarium pada pisang kepok, (2) Waktu dan frekuensi aplikasi yang tepat
untuk menekan penyakit layu Fusarium pada tanaman pisang kepok. Formulasi B.
subtilis dan P. fluorescens diperoleh dari Evi Febriyani (2010), sedangkan isolat
F. oxysporum dan bibit pisang kepok rata-rata berdaun 4 diperoleh dari Ir. Abdul Majid, MP. Bibit pisang tersebut kemudian ditanam di lahan Agrotechnopark UNEJ pada bulan Agustus 2010 sampai bulan Januari 2011.
Pada penelitian ini di gunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
faktorial dengan dua faktor, yaitu faktor macam formulasi (A) dan faktor
frekuensi aplikasi (B). Faktor A terdiri dari empat macam formulasi, yaitu
(A1) bahan pembawa (Carboxymethyl Cellulose/CMC, Talc dan CaCO3) + 5%
glukosa + P. fluorescens, (A2) bahan pembawa + 5% glukosa + B. subtilis,
(A3) bahan pembawa + 5% glukosa + P. fluorescens + B. subtilis dan (A4) bahan pembawa + 5% glukosa. Faktor B terdiri dari tiga perlakuan, yaitu aplikasi satu kali (B1), Aplikasi dua kali (B2) dan aplikasi tiga kali (B3). Masing-masing kombinasi perlakuan (AB) di ulang sebanyak tiga kali.
Gejala penyakit layu Fusarium pada pisang kepok pertama kali muncul pada 15 hsi yaitu mula-mula menguningnya tepi daun yang kemudian meluas ke seluruh bagian daun, daun layu dan mengering. Pada gejala dalam, apabila bagian pangkal batang di belah, disekitar pembuluh batang terlihat berwarna coklat dan kemudian pembuluh batang menjadi busuk.
Masa inkubasi penyakit layu Fusarium pada perlakuan kombinasi B.
subtilis dan P. fluorescens lebih panjang (32,48 hsi) daripada B. subtilis (24,54
hsi) atau P. fluorescens (24,59 hsi), dan dengan kontrol (15,02 hsi). Dari
perlakuan kombinasi B. subtilis dan P. fluorescens, dan B. subtilis atau P.
fluorescens secara tunggal, ternyata kombinasi B. subtilis dan P. fluorescens yang
paling baik untuk menekan keparahan penyakit (20,83 %) dibandingkan dengan
B. subtilis (37,96 %) atau P. fluorescens (41,67 %), dan dengan kontrol (73,61 %) pada 60 hsi.
Frekuensi aplikasi kombinasi B. subtilis dan P. fluorescens, B. subtilis atau
P. fluorescens secara tunggal, tidak berpengaruh terhadap masa inkubasi dan
keparahan penyakit. Hal ini disebabkan karena jangka waktu untuk aplikasi terlalu
pendek, yaitu pada 30 hst, 44 hst dan 58 hst. Padahal untuk keberhasilanya
diperlukan aplikasi dengan waktu selang 2 bulan sebelum dan setelah tanam. Pada
umur tanaman 90 hst atau 30 hsi, aplikasi B. subtilis dan P. fluorescens, B. subtilis
atau P. fluorescens secara tunggal tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan
jumlah daun pisang kepok. Hal ini disebabkan karena waktu pengamatan terlalu
pendek.
Disimpulkan bahwa formulasi kombinasi B. subtilis dan P. fluorescens lebih efektif untuk mengendalikan penyakit layu Fusarium pada pisang kepok daripada aplikasi B. subtilis atau P. fluorescens secara tunggal.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]