Optimasi Pola Tata Tanam Daerah Irigasi Gunung Piring Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso Menggunakan Program Linier
Abstract
Permasalahan yang terdapat pada daerah irigasi gunung Piring adalah terbatasnya
persediaan air pada musim kemarau.
Banyak cara dapat dilakukan untuk
meningkatkan pemanfaatan air, salah satu diantaranya adalah dengan teknik
optimasi. Optimasi merupakan suatu rancangan dalam pemecahan model – model
perencanaan dengan berdasarkan pada fungsi matematika sebagai pembatas.
Pada
jaringan irigasi daerah gunung Piring Kecamatan grujugan Kabupaten Bondowoso
mempunyai luasan baku sawah ± 176 Ha. Permasalahan di daerah irigasi tersebut
adalah ketersediaan air untuk suplai irigasi, maka besar debit yang harus dialirkan
perlu dilakukan perhitungan yang cermat, yaitu untuk mendapatkan manfaat yang
sebesar – besarnya. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil pertanian pada tiap
satuan luasnya adalah dengan cara pemberian air irigasi yang baik dan juga
pengaturan pola tata tanam yang lebih optimal. Permaslahan ini diselesaikan
dengan menggunakan program linier dengan program bantu Quantitative Methods
( QM ).
Input data yang digunakan dalam QM dari tahun 2007 – 2012. Sebelum
memasukan input pada program software QM ( Quantitative Methods ) yang
pertama menganalisa data debit terlebih dahulu, dengan cara merekap semua data
debit pada tiap musimnya. Kemudian setelah merekap, dijumlah debit pada tiap –
tiap musim. Total debit pada tiap – tiap musim digunakan sebagai batasan.
Sehingga pada akhirnya akan didapat luasan optimum. Pemodelan optimasi yang
dibuat merupakan fungsi matematis dengan melibatkan variabel serta
memperhitungkan kendala yang ada.
Fungsi tujuan untuk mencapai hasil maksimal didapat dari persamaan Za =
a
1
+ b
1
+ c
1
+ a
2
+ b
2
+ c
2
+ a
3
+ b
viii
3
+ c
3
. Untuk ketersedian air yang digunakan
untuk mengoptimasi luas lahan diambil dari debit rata – rata pada masing –
masing musim. Pada musim hujan debit rata – rata = 13706,3333 Liter, Musim
kemarau I = 18361,3333 Liter, Musim kemarau II = 9784,8333 Liter. Sebelum di
optimasi pada daerah tersebut memiliki prosentase untuk daerah yang ditanam
pada musim hujan 98% padi, 1% jagung, 1% cabai dan jumlah variabel bebas 3,
jumlah variabel pembatas 7 Pada musim kemarau I prosentase yang ditanam 10%
padi, 90% jagung, 0% cabai dan jumlah variabel bebas 3, jumlah variabel
pembatas 8. Musim kemarau II prosentase yang ditanam 10% padi, 30% jagung,
60% cabai dan jumlah variabel bebas 3, jumlah pembatas 8.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa keuntungan sebelum
dioptimasi pada musim hujan Rp. 6.437.904.235, musim kemarau I Rp.
6.416.872.374, musim kemarau II Rp. 13.219.975.106. Hasil keuntungan dan luas
lahan sesudah optimasi musim hujan dengan lahan tanam padi = 105,6 Ha; cabai
= 68,64 Ha; jagung = 1,76 Ha dengan jumlah keuntungan produksi sebesar Rp.
11.657.937.694,97. Pada musim kemarau I dengan lahan tanam padi = 17,6 Ha;
cabai = 0 Ha; jagung = 158,4 Ha dengan jumlah keuntungan produksi sebesar Rp.
6.416.871.713,87. Pada musim kemarau II dengan lahan tanam padi = 17,6 Ha;
cabai = 105,6 Ha; jagung = 52,8 Ha dengan jumlah keuntungan produksi sebesar
= Rp. 14.580.599.688,54. Dari data diatas selisih keuntungan sesudah dan
sebelum optimasi adalah pada musim hujan Rp.5.220.033.460; musim kemarau I
Rp. 660; musim kemarau II Rp. 1.360.624.583.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4096]