EFEKTIVITAS METODE RUNGE-KUTTA ORDE TUJUH TERHADAP METODE MULTISTEP ADAMS ORDE ENAM PADA MODEL PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TB)
Abstract
Metode Runge-Kutta merupakan metode numerik yang memiliki tingkat
keakuratan tinggi. Namun untuk mengetahui tingkat efektivitas dan efisiensi dari
metode tersebut diperlukan suatu metode pembanding dalam menyelesaikan suatu
masalah matematika. Dalam penelitian ini, metode Runge-Kutta yang dimaksud
adalah metode Runge-Kutta Orde Tujuh (RK7) dengan metode pembanding
Adams Basforth-Moulton Orde Enam (ABM6). Masalah matematika yang dianalisis
ialah model penyebaran penyakit Tuberkulosis (TB) Reinfeksi Eksogen
yang berupa sistem persamaan diferensial biasa orde satu non linier yang dikembangkan
oleh C.C.Chavez pada tahun 2000. Tujuan penelitian ini ialah untuk
mengembangkan formula metode RK7, membuktikan konvergensinya, membuat
”listing programming” dari metode RK7 dan ABM6 dalam menyelesaikan model
penyebaran penyakit TB serta mendeskripsikan efektivitas dan efisiensinya.
Formulasi RK7 masih belum dikembangkan sehingga peneliti mengembangkan
sendiri formulasi dari RK7 tersebut dan menghasilkan empat formula yaitu
pada ”lemma (4.1), corollary (4.1), (4.2), (4.3) dan (4.4)” serta pembuktian
konvergensi secara teoritis dari RK7 yang disajikan pada teorema (4.1). Efektivitas
ditentukan berdasarkan tingkat keakuratan solusi yang diberikan oleh listing
programming atau dengan kata lain semakin kecil error yang dihasilkan, maka
metode tersebut semakin efektif. Sehingga dengan menetapkan suatu iterasi tertentu,
maka tingkat efektivitas suatu metode dapat dibandingkan. Efisiensi ditentukan
berdasarkan cepat atau lambatnya suatu program dalam menyelesaikan
suatu masalah matematika dan dibandingkan dengan toleransi (error) yang telah
ditetapkan. Data yang dihasilkan antara lain FLOPS, waktu, galat, grafik hubungan
populasi dengan waktu dan grafik konvergensi iterasi dengan error yang dihasilkan.
Pada iterasi 100, 500, 1000 dan 10.000, metode RK7, khususnya metode
RK7B1 merupakan metode yang lebih efektif dibanding metode ABM6 karena
menghasilkan kesalahan (error) yang lebih kecil pada iterasi yang sama. Berdasarkan
analisis terhadap formula, RK7B1 merupakan metode RK dengan koefisien
matrik yang padat sehingga menghasilkan jumlah operasi aritmatik yang sangat
banyak, dengan demikian FLOPS yang dihasilkan berbanding lurus dan menghasilkan
solusi yang paling akurat.
Pada toleransi 10
−1
, 10
−2
, 10
−3
, 10
−4
dan 10
−5
metode RK7, khususnya
metode RK7A2 merupakan metode yang lebih efisien dibanding metode ABM6
karena memerlukan waktu yang lebih sedikit pada toleransi yang sama. Berdasarkan
analisis terhadap formulasi RK7A2, formula tersebut memiliki koefisien matrik
yang paling minimum sehingga jumlah operasi aritmatik yang diperlukan programming
juga sedikit, akibatnya FLOPS yang dihasilkan sangat minimum dan
mengakibatkan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sistem persamaaan
diferensial penyebaran penyakit Tuberkulosis menjadi cepat. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa pada iterasi dan toleransi yang telah ditentukan di atas,
metode Runge-Kutta Orde Tujuh merupakan metode yang lebih efektif dan efisien
dibanding metode Adams Bashforth Moulton Orde Enam pada model penyebaran
penyakit TB kasus reinfeksi eksogen.