Show simple item record

dc.contributor.authorAldo Dwi Kusuma Pambudi
dc.date.accessioned2014-01-17T08:08:21Z
dc.date.available2014-01-17T08:08:21Z
dc.date.issued2014-01-17
dc.identifier.nimNIM071610101104
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/16367
dc.description.abstractKetebalan tulang yang baik diperlukan oleh tubuh untuk menahan berbagai tekanan yang mengenai tulang. Ketebalan tulang yang baik diperoleh melalui pembentukan tulang, terutama melibatkan aktivitas osteoblas sebagai penghasil matriks tulang. Ketebalan tulang yang rendah meningkatkan resiko terjadinya fraktur. Fraktur tersering di mandibula yaitu pada angulus mandibula, maka berbagai upaya perlu dilakukan untuk meningkatkan ketebalan tulang untuk mengurangi resiko terjadinya fraktur angulus mandibula. Pencegahan fraktur pada mandibula dapat dilakukan dengan meningkatkan ketebalan tulang. Salah satu cara untuk meningkatkan pembentukan tulang sehingga tulang menjadi tebal, yaitu dengan pemberian bahan makanan dan minuman yang mengandung tinggi protein, mineral, vitamin, karbohidrat, lemak, dan enzim. Nutrisi protein, isoflavon, mineral, lemak, vitamin A, vitamin B, vitamin D, dan vitamin K banyak terdapat dalam susu kedelai. Berbagai nutrisi dalam susu kedelai tersebut sangat penting dalam peningkatan sel dan matriks tulang. Sedangkan, nutrisi karbohidrat, vitamin C, dan enzim banyak terdapat dalam madu, yang sangat penting dalam meningkatkan metabolisme tulang. Sehingga, apabila kedua bahan tersebut dicampur dapat menghasilkan minuman bernutrisi lengkap untuk pertumbuhan tebal tulang yang lebih maksimal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui manfaat pemberian susu kedelai madu lokal terhadap ketebalan tulang angulus mandibula tikus wistar jantan. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris yang dilakukan di Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dengan rancangan the post only control group design. Pada penelitian ini, digunakan empat kelompok perlakuan dengan jumlah sampel enam ekor tikus tiap kelompok. Sehingga, terdapat dua puluh empat ekor tikus galur Wistar (Rattus norvegiccus) dengan kriteria yang telah ditentukan. Kelompok I diberi diet standar berupa pakan tikus, kelompok II diberi diet 0,003 ml/gr BB susu kedelai dan pakan tikus, kelompok III diberi diet 0,003 ml/gr BB air madu dan pakan tikus, kelompok IV diberi diet 0,003 ml/ gr BB susu kedelai madu lokal dan pakan tikus. Setiap tikus pada masing-masing kelompok dihitung berat badan setiap minggu untuk menyesuaikan dosis perlakuan diet. Setelah 45 hari memperoleh perlakuan berupa diet sesuai kelompok, maka tikus didekaputasi menggunakan eter dan diambil mandibula kanannya. Kemudian, angulus mandibula dipotong menggunakan minigrinder dan matabur diamond disc untuk diambil, yaitu daerah dua milimeter mandibula pada distal molar ketiga. Setelah itu, tulang angulus mandibula dironsen foto thoraks (FCR) arah bukolingual, kemudian digunakan program Jasc Pain Shop Pro 9 dan Microsoft Visio untuk mengukur tebal foto angulus mandibula tersebut. Tebal angulus mandibula sebenarnya diketahui dengan menggunakan rumus perbandingan endodontik modifikasi. Hasil rata-rata menunjukkan bahwa tebal angulus mandibula berurutan dari yang paling tebal adalah kelompok susu kedelai madu lokal, kelompok susu kedelai, kelompok air madu, dan kelompok kontrol. Berdasar hasil analisis statistik Kruskall Wallis, menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0,05) diantara kelompok parlakuan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian diet susu kedelai madu lokal cenderung mempengaruhi ketebalan tulang angulus mandibula tikus wistar jantan.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries071610101104;
dc.subjectSUSU KEDELAI MADU LOKALen_US
dc.titlePENGARUH SUSU KEDELAI MADU LOKAL TERHADAP KETEBALAN TULANG ANGULUS MANDIBULA TIKUS WISTAR JANTANen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record