PENGARUH SUSU KEDELAI MADU LOKAL TERHADAP KETEBALAN TULANG ANGULUS MANDIBULA TIKUS WISTAR JANTAN
Abstract
Ketebalan tulang yang baik diperlukan oleh tubuh untuk menahan berbagai
tekanan yang mengenai tulang. Ketebalan tulang yang baik diperoleh melalui
pembentukan tulang, terutama melibatkan aktivitas osteoblas sebagai penghasil
matriks tulang. Ketebalan tulang yang rendah meningkatkan resiko terjadinya fraktur.
Fraktur tersering di mandibula yaitu pada angulus mandibula, maka berbagai upaya
perlu dilakukan untuk meningkatkan ketebalan tulang untuk mengurangi resiko
terjadinya fraktur angulus mandibula.
Pencegahan fraktur pada mandibula dapat dilakukan dengan meningkatkan
ketebalan tulang. Salah satu cara untuk meningkatkan pembentukan tulang sehingga
tulang menjadi tebal, yaitu dengan pemberian bahan makanan dan minuman yang
mengandung tinggi protein, mineral, vitamin, karbohidrat, lemak, dan enzim. Nutrisi
protein, isoflavon, mineral, lemak, vitamin A, vitamin B, vitamin D, dan vitamin K
banyak terdapat dalam susu kedelai. Berbagai nutrisi dalam susu kedelai tersebut
sangat penting dalam peningkatan sel dan matriks tulang. Sedangkan, nutrisi
karbohidrat, vitamin C, dan enzim banyak terdapat dalam madu, yang sangat penting
dalam meningkatkan metabolisme tulang. Sehingga, apabila kedua bahan tersebut
dicampur dapat menghasilkan minuman bernutrisi lengkap untuk pertumbuhan tebal
tulang yang lebih maksimal.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui manfaat pemberian susu kedelai
madu lokal terhadap ketebalan tulang angulus mandibula tikus wistar jantan. Jenis
penelitian ini adalah eksperimental laboratoris yang dilakukan di Laboratorium
Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dengan rancangan the post only control group design. Pada penelitian ini, digunakan empat kelompok perlakuan
dengan jumlah sampel enam ekor tikus tiap kelompok. Sehingga, terdapat dua puluh
empat ekor tikus galur Wistar (Rattus norvegiccus) dengan kriteria yang telah
ditentukan. Kelompok I diberi diet standar berupa pakan tikus, kelompok II diberi
diet 0,003 ml/gr BB susu kedelai dan pakan tikus, kelompok III diberi diet 0,003
ml/gr BB air madu dan pakan tikus, kelompok IV diberi diet 0,003 ml/ gr BB susu
kedelai madu lokal dan pakan tikus. Setiap tikus pada masing-masing kelompok
dihitung berat badan setiap minggu untuk menyesuaikan dosis perlakuan diet. Setelah
45 hari memperoleh perlakuan berupa diet sesuai kelompok, maka tikus didekaputasi
menggunakan eter dan diambil mandibula kanannya. Kemudian, angulus mandibula
dipotong menggunakan minigrinder dan matabur diamond disc untuk diambil, yaitu
daerah dua milimeter mandibula pada distal molar ketiga. Setelah itu, tulang angulus
mandibula dironsen foto thoraks (FCR) arah bukolingual, kemudian digunakan
program Jasc Pain Shop Pro 9 dan Microsoft Visio untuk mengukur tebal foto
angulus mandibula tersebut. Tebal angulus mandibula sebenarnya diketahui dengan
menggunakan rumus perbandingan endodontik modifikasi.
Hasil rata-rata menunjukkan bahwa tebal angulus mandibula berurutan dari
yang paling tebal adalah kelompok susu kedelai madu lokal, kelompok susu kedelai,
kelompok air madu, dan kelompok kontrol. Berdasar hasil analisis statistik Kruskall
Wallis, menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0,05)
diantara kelompok parlakuan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian diet
susu kedelai madu lokal cenderung mempengaruhi ketebalan tulang angulus
mandibula tikus wistar jantan.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]