dc.description.abstract | Obat-obat alami diakui masyarakat berperan dalam berbagai upaya pemeliharaan,
peningkatan dan pemulihan kesehatan maupun pengobatan penyakit didasarkan atas
pertimbangan bahwa obat-obat alami dapat mèmpengaruhi mekanisme pertahanan
alamiah tubuh. Tanaman beluntas (Pluchea indica [L] Less) memiliki khasiat yang
beragam. Daun beluntas mengandung flavonoid yang dikenal luas sebagai bahan
antiinflamasi dan antioksidan.
Neutrofil merupakan sel darah putih yang berperan penting dalam mekanisme
pertahanan tubuh terhadap invasi bakteri yang berperan pada reaksi akut terhadap
suatu inflamasi. Akumulasi dan penempelan neutrofil pada permukaan endotel terjadi
karena adanya molekul adhesi yang dilepaskan endotel akibat pengaruh IL-1 yang
diproduksi neutrofil. Streptococcus mutans merupakan bakteri penyebab utama
timbulnya karies gigi dan dapat menyebabkan endokarditis. Adanya trauma, misalnya
ketika menyikat gigi dan mengunyah makanan, dapat mendorong S. mutans masuk ke
dalam darah paling tidak 40% ketika menyikat gigi, 60% setelah dicabut gigi dan
88% setelah bedah periodontal. S. mutans merupakan bakteri yang memiliki
kemampuan untuk menempel pada sel inang tergantung struktur atau molekul yang
memiliki daya adhesi yang disebut adhesin. Adhesin tersebut memungkinkan
organisme tersebut menempel pada reseptor, termasuk membran sel neutrofil.
Berdasarkan adanya kandungan flavonoid yang dimiliki oleh tanaman beluntas
pada uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana daun beluntas dapat
mempengaruhi respon inflamasi dari sel radang neutrofil yang sebelumnya dipapar
oleh S. mutans secara in-vitro.
vii
viii
Adapun rancangan pada penelitian ini adalah penelitian dengan kelompok
kontrol The Post Test Only Control Group Design. Sampel dibagi dalam 5 kelompok.
Kelompok (K1) adalah kelompok kontrol yang terdiri dari neutrofil murni yang
diberikan media HBSS. Kemudian kelompok P (perlakuan) terdiri dari kelompok
isolat neutrofil yang diberi ekstrak daun beluntas. Untuk kelompok kelompok P1
diberikan ektrak daun beluntas 25%, berturut-turut kelompok P2 diberikan ektrak
daun beluntas 50%, kelompok P3 diberikan ektrak daun beluntas 75% dan kelompok
P4 diberikan ektrak daun beluntas 100%. Adapun prosedur penelitian dibagi menjadi
6 bagian, yaitu preparasi ekstrak daun beluntas, preparasi subkultur S. mutans,
pengambilan isolat neutrofil dan perlakuan uji indeks adhesi.
Dalam penelitian ini, data yang didapatkan dianalisa menggunakan uji statistik
parametrik yaitu uji kolmogorov smirnov untuk uji normalitas dan dilakukan uji
statistik parametrik, yaitu one way anova serta apabila terdapat perbedaan nyata
(p<0,05) dilanjutkan dengan uji LSD. Hasil analisis data menunjukkan terdapat
perbedaan yang bermakna pada kelompok kontrol dimana sel neutrofil tanpa inkubasi
ekstrak berbeda bermakna dengan kelompok sel neutrofil yang diinkubasi ekstrak
beluntas. Secara mikroskopis menggunakan mikroskop inverted dengan pembesaran
400x menggambarkan pengaruh ekstrak daun beluntas pada indeks adhesi, dimana
semakin tinggi konsentrasi esktrak daun beluntas yang diinkubasi, semakin tampak
utuh membran sel neutrofil dan semakin sedikit S. mutans yang melekat pada sel
neutrofil. Bisa dilihat bahwa pada kontrol dimana sel tidak diinkubasi dengan ekstrak
daun beluntas, beberapa sel neutrofil tampak lisis dan membrannya pecah. Kemudian
dilakukan inokulasi S. mutans di media agar BHIA. Ternyata didapatkan efek dari
ekstrak beluntas selain sebagai antiinflamasi ternyata menambah kemampuan
mikrobisidal neutrofil terhadap S. mutans yang berpengaruh besar terhadap adhesi S.
mutans terhadap neutrofil.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
pemberian ekstrak daun beluntas konsentrasi 25%, 50% 75%, dan 100% berpengaruh
terhadap perbedaan indeks adhesi S. mutans terhadap neutrofil. Sedangkan | en_US |