Show simple item record

dc.contributor.authorMAYA NOURMA WIJAYANTI
dc.date.accessioned2014-01-16T18:46:00Z
dc.date.available2014-01-16T18:46:00Z
dc.date.issued2014-01-16
dc.identifier.nimNIM032010101006
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/15519
dc.description.abstractTuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit yang menular dan dalam tahu-tahun terakhir memperlihatkan peningkatan dalam jumlah kasus baru. Menurut data dari World Health Organization (WHO), Indonesia adalah penyumbang kasus tuberkulosis terbesar ke 3 di dunia. Penderita dikatakan menular pada orang lain bila pada pemeriksaan didapatkan hasil Basil Tahan Asam (BTA) positif (+). Semakin tinggi nilai positifnya maka semakin tinggi tingkat penularannya. Pengobatan tuberkulosis harus berbulan-bulan dan setiap hari minum obat. Salah satu faktor kepatuhan sering menjadi penyebab kegagalan pengobatan tuberkulosis, sehingga menimbulkan resistensi obat. Pengobatan pada tahap intensif bila diberikan secara benar dalam kurun waktu 2 minggu sebagian besar penderita yang menular menjadi tidak menular. Kesembuhan TBC bisa dipercepat dengan mengkonsumsi susu kambing secara teratur dan tetap melanjutkan pengobatannya. Pemberian susu kambing berperan sebagai penunjang pengobatan, karena mengandung gizi diantaranya kandungan flourin, natrium seng, vitamin A yang lebih tinggi dibanding susu sapi, dengan adanya kandungan nutrisi tersebut dapat mempercepat penyembuhan TBC (terutama yang sedang dalam pengobatan). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian susu kambing terhadap perubahan waktu BTA (+1) menjadi BTA (-) pada penderita yang sedang menjalankan pengobatannya. Penelitian dilaksanakan dengan Randomized Postest only Control Group Design. Penderita tuberkulosis yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian mengisi informed consent untuk dijadikan subyek penelitian. Sampel pasien tuberkulosis kategori 1 yang menjalani rawat inap kelas mawar di rumah sakit vii Paru Jember, dengan batasan berat badan 30-54 kg. Jumlah sampel 18 orang, menggunakan teknik total sampling selama bulan Agustus-Desember 2006. Dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Untuk kelompok kontrol (jumlah 9 sampel) tidak minum susu kambing hanya menjalani pengobatan, sedangkan kelompok perlakuan (jumlah 9 sampel) selain menjalani terapi tuberkulosis juga diberi susu kambing. Pemberian susu kambing sesuai standart aturan gizi yaitu 150cc/hari. Masing-masing kelompok diperiksa BTA setiap hari sampai negatif. Hasilnya dianalisis dengan uji beda t-test tidak berpasangan menggunakan SPSS 11.0. Berdasar data kelompok perlakuan menunjukkan bahwa ada 55,56% sampel yang pada hari kelima BTA menjadi negatif, 22,2% sample pada hari keenam BTA menjadi negatif, dan 22,2% sampel pada hari ketujuh BTA menjadi negatif. Kelompok kontrol menunjukkan bahwa ada 11,1 % sampel yang pada hari keenam BTA menjadi negatif, 77,8% pada hari ketujuh, 11,1 % sampel pada hari kedelapan. Jika dirata-rata sebagian besar sampel kelompok kontrol setelah 7 hari BTA menjadi negatif dan sampel kelompok perlakuan setelah 6 hari BTA menjadi negatif. Dari hasil analisis didapatkan nilai signifikansi 0,002 (p < 0,05). Yang berarti bahwa rata-rata antara pasien kontrol dan pasien perlakuan terdapat perbedaan yang signifikan. Perubahan BTA setelah diberi susu kambing dan terapi Fixed Dose Combination (FDC) pada kelompok perlakuan memberi pengaruh terhadap kecepatan perubahan menjadi BTA negatif pada sebagian besar kelompok sampel yang telah diberi perlakuan.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries032010101006;
dc.subjectPengaruh Pemberian Susu Kambingen_US
dc.titlePENGARUH PEMBERIAN SUSU KAMBING TERHADAP PERBEDAAN WAKTU BTA (+1) MENJADI BTA (-) PENDERITA TUBERKULOSIS PARU KATEGORI 1 DI RUMAH SAKIT PARU JEMBERen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record