PENGARUH PEMBERIAN SUSU KAMBING TERHADAP PERBEDAAN WAKTU BTA (+1) MENJADI BTA (-) PENDERITA TUBERKULOSIS PARU KATEGORI 1 DI RUMAH SAKIT PARU JEMBER
Abstract
Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit yang menular dan
dalam tahu-tahun terakhir memperlihatkan peningkatan dalam jumlah kasus baru.
Menurut data dari World Health Organization (WHO), Indonesia adalah
penyumbang kasus tuberkulosis terbesar ke 3 di dunia. Penderita dikatakan
menular pada orang lain bila pada pemeriksaan didapatkan hasil Basil Tahan
Asam (BTA) positif (+). Semakin tinggi nilai positifnya maka semakin tinggi
tingkat penularannya. Pengobatan tuberkulosis harus berbulan-bulan dan setiap
hari minum obat. Salah satu faktor kepatuhan sering menjadi penyebab kegagalan
pengobatan tuberkulosis, sehingga menimbulkan resistensi obat. Pengobatan pada
tahap intensif bila diberikan secara benar dalam kurun waktu 2 minggu sebagian
besar penderita yang menular menjadi tidak menular. Kesembuhan TBC bisa
dipercepat dengan mengkonsumsi susu kambing secara teratur dan tetap
melanjutkan pengobatannya. Pemberian susu kambing berperan sebagai
penunjang pengobatan, karena mengandung gizi diantaranya kandungan flourin,
natrium seng, vitamin A yang lebih tinggi dibanding susu sapi, dengan adanya
kandungan nutrisi tersebut dapat mempercepat penyembuhan TBC (terutama yang
sedang dalam pengobatan). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
pemberian susu kambing terhadap perubahan waktu BTA (+1) menjadi BTA (-)
pada penderita yang sedang menjalankan pengobatannya.
Penelitian dilaksanakan dengan Randomized Postest only Control Group
Design. Penderita tuberkulosis yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian
mengisi informed consent untuk dijadikan subyek penelitian. Sampel pasien
tuberkulosis kategori 1 yang menjalani rawat inap kelas mawar di rumah sakit
vii
Paru Jember, dengan batasan berat badan 30-54 kg. Jumlah sampel 18 orang,
menggunakan teknik total sampling selama bulan Agustus-Desember 2006.
Dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
Untuk kelompok kontrol (jumlah 9 sampel) tidak minum susu kambing hanya
menjalani pengobatan, sedangkan kelompok perlakuan (jumlah 9 sampel) selain
menjalani terapi tuberkulosis juga diberi susu kambing. Pemberian susu kambing
sesuai standart aturan gizi yaitu 150cc/hari. Masing-masing kelompok diperiksa
BTA setiap hari sampai negatif. Hasilnya dianalisis dengan uji beda t-test tidak
berpasangan menggunakan SPSS 11.0.
Berdasar data kelompok perlakuan menunjukkan bahwa ada 55,56%
sampel yang pada hari kelima BTA menjadi negatif, 22,2% sample pada hari
keenam BTA menjadi negatif, dan 22,2% sampel pada hari ketujuh BTA menjadi
negatif. Kelompok kontrol menunjukkan bahwa ada 11,1 % sampel yang pada
hari keenam BTA menjadi negatif, 77,8% pada hari ketujuh, 11,1 % sampel pada
hari kedelapan. Jika dirata-rata sebagian besar sampel kelompok kontrol setelah 7
hari BTA menjadi negatif dan sampel kelompok perlakuan setelah 6 hari BTA
menjadi negatif.
Dari hasil analisis didapatkan nilai signifikansi 0,002 (p < 0,05). Yang
berarti bahwa rata-rata antara pasien kontrol dan pasien perlakuan terdapat
perbedaan yang signifikan. Perubahan BTA setelah diberi susu kambing dan
terapi Fixed Dose Combination (FDC) pada kelompok perlakuan memberi
pengaruh terhadap kecepatan perubahan menjadi BTA negatif pada sebagian
besar kelompok sampel yang telah diberi perlakuan.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1508]