ANALISIS KUALITAS AIR KALI SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN BIOINDIKATOR MAKROINVERTEBRATA BENTIK
Abstract
Air merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Salah satu
sumber air yang memiliki manfaat besar bagi manusia adalah air sungai. Oleh karena
itu, air harus bebas dari pencemaran. Sungai sering mendapat masukan materi-materi
yang berpotensi sebagai polutan yang dapat menyebabkan penurunan kualitas air
sungai tersebut. Untuk mengetahui bagaimana kualitas air sungai, perlu dilakukan
pemantauan secara kontinyu. Salah satunya dengan melakukan pengujian tehadap
kualitas air secara biologi dengan menggunakan bioindikator. Bioindikator adalah
petunjuk biologis baik hewan maupun tumbuhan yang menunjukkan kondisi
lingkungan berdasarkan keberadaan dan jumlahnya di lingkungan tersebut.
Salah satu bioindikator kualitas perairan adalah makroinvertebrata bentik.
Makroinvertebrata bentik adalah hewan tak bertulang belakang yang dapat
dilihat tanpa bantuan mikroskop dan hidup pada substrat dasar perairan. Salah
satu sungai yang tercemar berat adalah kali Surabaya. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui kualitas air Kali Surabaya berdasarkan indeks keanekaragaman
jenis makroinvertebrata bentik.
Pengambilan sampel dilakukan di sepanjang kali Surabaya dengan jumlah
lokasi pengamatan lima stasiun pada bulan Mei 2007. Alat yang digunakan adalah
jaring makroinvertebrata, plot 1 x 1 m
2
, nampan plastik, botol film bekas, pinset,
meteran, SCT meter, DO meter, pH meter, turbidimeter, flow meter, pipet, dan
mikroskop stereo. Sedangkan bahan yang digunakan adalah alkohol 70% , akuades,
vii
dan spesimen makroinvertebrata bentik. Metode yang digunakan adalah metode plot.
Pada setiap stasiun diletakkan plot secara sistematis, yaitu tepi kiri, tengah, dan tepi
kanan dengan jumlah total plot adalah sembilan. Kemudian dilakukan pencatatan data
makroinvertebrata bentik dalam plot, pengukuran data pendukung, identifikasi
makroinvertebrata bentik, dan analisis data untuk menghitung nilai indeks
keanekaragaman jenis (H’) dan indeks kesamarataan jenis. Selanjutnya nilai H’
digunakan untuk menentukan kualitas air kali Surabaya yang berdasarkan kriteria
sebagai berikut: jika H’ < 1 maka tercemar berat, jika H’ = 1,0-1,5 maka tercemar
sedang, jika H’ = 1,6-2,0 maka tercemar ringan, dan jika H’ > 2,0 maka tidak
tercemar.
Berdasarkan kriteria tersebut di atas, stasiun Bambe dikategorikan tercemar
ringan sedangkan pada stasiun Mlirip, Perning, Karangpilang, dan Gunung Sari
dikategorikan tercemar berat. Hal ini diindikasikan oleh nilai H’ pada stasiun Bambe
adalah 1,731 (H’ = 1,6-2,0), sedangkan pada empat stasiun yang lain nilai H’ nya
adalah kurang dari satu. Nilai H’ pada stasiun Bambe adalah tertinggi dari empat
stasiun yang lain. Hal ini disebabkan karena jumlah jenis makroinvertebrata bentik pada
stasiun Bambe adalah lebih banyak dan penyebaran individu setiap jenisnya adalah
cenderung lebih merata dibandingkan empat stasiun yang lain. Jenis makroinvertebrata
bentik yang paling melimpah di lima stasiun penelitian adalah jenis-jenis yang
resisten (toleran) terhadap pencemaran, yaitu Corbicula javanica, Melanoides tuberculata,
dan Tubifex tubifex.
Kesimpulan yang diperoleh yaitu Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman
jenis (H’) makroinvertebrata bentik dari lima stasiun pemantauan, mengindikasikan
bahwa kondisi perairan kali Surabaya tercemar berat.