POTENSI PERASAN DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP JUMLAH MAKROFAG PASCA GINGIVEKTOMI PADA TIKUS WISTAR JANTAN
Abstract
Indonesia memiliki sekitar 1300 tanaman yang dapat digunakan sebagai obat
tradisional. Penggunaan obat tradisional memiliki makna yang cukup penting di
masyarakat disamping ketidakmampuan masyarakat dalam memperoleh obat-obatan
modern, selain itu tanaman obat juga memiliki efek samping yang relatif kecil. Salah
satu tanaman obat yang memiliki banyak khasiat adalah daun pepaya. Daun pepaya
mengandung komposisi berupa alkaloid, vitamin C, dan flavonoid. Flavonoid dalam
daun pepaya diyakini sebagai anti keradangan. Flavonoid akan bekerja menghambat
proses peradangan dengan menurunkan jumlah makrofag. Salah satu bentuk
keradangan di rongga mulut dapat disebabkan karena luka akibat gingivektomi. Salah
satu tanda dari keradangan adalah adanya sel makrofag yang memiliki fungsi sebagai
fagositosis. Tujuan penelitian adalah: (1) untuk mengetahui potensi perasan daun
pepaya terhadap jumlah makrofag pasca gingivektomi pada tikus Wistar jantan, dan
(2) untuk mengetahui lamanya efektifitas perasan daun pepaya dalam menurunkan
jumlah makrofag pasca gingivektomi pada tikus Wistar jantan.
Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris in vivo dengan rancangan
post test only control group design. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biomedik
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember pada bulan Agustus-September 2011.
Sampel yang digunakan sebanyak 48 ekor tikus Wistar jantan, berat ± 200 gram,
dibagi 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Setelah
dilakukan gingivektomi, kelompok kontrol diberi aquadest sebanyak 2 ml secara per
oral, sedangkan kelompok perlakuan diberi perasan daun pepaya sebanyak 2 ml
secara per oral sekali sehari selama 7 hari. Pada hari ke-3, hari ke-5, dan hari ke-7
vii
dilakukan dekaputasi dan diambil mandibula sebelah kiri tikus Wistar jantan.
Kemudian dilakukan pembuatan sediaan preparat pada gingiva tikus Wistar jantan
yang sebelumnya dilakukan gingivektomi. Selanjutnya dilakukan penghitungan ratarata
jumlah makrofag pada mikroskop binokuler. Data dianalisa secara statisitk
menggunakan uji one way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata jumlah
makrofag antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan (p>0,05).
Pada penelitian ini didapatkan hasil rata-rata jumlah makrofag pada kelompok
kontrol pada hari ke-3, hari ke-5, dan hari ke-7 terjadi penurunan rata-rata jumlah
makrofag. Pada kelompok perlakuan pada hari ke-3 dan hari ke-7 terjadi penurunan
rata-rata jumlah makrofag, dan hari ke-5 menunjukkan peningkatan rata-rata jumlah
makrofag. Pada hari ke-3 dan hari ke-5 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
makrofag pada kelompok perlakuan lebih rendah dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Flavonoid yang terdapat pada daun pepaya dapat menghambat pengaktifan
makrofag melalui jalur asam arakhidonat, sehingga dengan adanya penurunan jumlah
makrofag maka proses peradangan akan semakin cepat. Walaupun demikian, pada
penelitian ini terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan tidak adanya perbedaan
yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan, antara lain: (1)
dosis yang kurang adekuat, (2) kehomogenan kandungan daun pepaya karena
pemerasan (3) aktivasi makrofag melalui pelepasan sitokin oleh limfosit, dan (4) jenis
flavonoid.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa statistik, tidak terdapat potensi
perasan daun pepaya dalam menurunkan jumlah makrofag pasca gingivektomi pada
tikus Wistar jantan.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]