ANALISIS NILAI AMBANG ENERGI LISTRIK SINAR X PADA PEMERIKSAAN THORAX POSTERIOR ANTERIOR (PA) PASIEN DI INSTANSI RADIODIAGNOSTIK RSUD Dr SOETOMO SURABAYA
Abstract
Pesawat rontgen merupakan salah satu alat medis yang menggunakan konsep
fisika sehingga mampu menghasilkan radiasi sinar-X yang membantu mempermudah
berbagai macam kegiatan medis. Radiodiagnosis merupakan pemanfaatan sinar-X
dalam mendiagnosis penyakit tanpa diperlukannya tindakan pembedahan untuk
pasien. 80 % penggunaan radiodiagnosis dilakukan untuk pemeriksaan foto thorax.
Hal tersebut menjadi dasar peneliti menggunakan Thorax PA (Posterior-Anterior)
pasien sebagai bahan studi dalam medapatkan nilai ambang energi listrik sinar-X
pada sekali expose.Peneliti bertujuan untuk mengetahui nilai ambang energi listrik sinar-X dalam
sekali expose pada pemeriksaan Thorax PA pasien di Instansi Radiodiagnostik RSUD
dr Soetomo Surabaya dengan mengkelompokkan pasien berdasarkan jenis kelamin
(pria/laki-laki dan wanita/perempuan), usia (balita, anak-anak, muda, paruh baya dan
tua) dan kondisi fisik pasien (kurus, sedang dan gemuk). Pengamatan ini dilakukan
selama 2 (dua) minggu. Jumlah responden dalam setiap katagori pasien tidaklah sama
oleh karena itu peneliti menggunakan nilai rata-rata sebagai hasil nilai ambang energi
listrik sinar-X. Setelah mendapatkan hasil besar energi listrik yang digunakan untuk
pasien dengan beberapa kondisi tertentu, peneliti akan menghubungkan besarnya
penggunaan energi listrik sinar-X pada setiap expose dengan besarnya paparan radiasi
sinar-X. Pesawat rontgen yang digunakan Instansi Radiodiagnostik RSUD dr
Soetomo Surabaya adalah Pesawat Rontgen Kodak direct view CR 975 system
tergolong pesawat rontgen yang canggih karena waktu pemaparannya kurang dari 0,1
detik sehingga efek dari paparan radiasi yang akan diterima oleh pasien akan sangat
rendah yang sesuai dengan prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achieveable) dan ICRP (Internasional Commision Radiological Protection) yaitu kerugian dan
bahaya yang ditimbulkan, batas minimum penyinaran yang boleh diterima organ
tertentu sesuai dengan batas yang ditetapkan sehingga pasien tidak akan menerima
radiasi berlebih yang akan membahayakan kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa katagori yang berbeda pada
pasien (jenis kelamin, usia dan kondisi fisik pasien seperti kurus, sedang, gemuk)
akan menghasilkan nilai ambang energi listrik sinar-X yang beragam. Kondisi fisik
pasien berperan besar dalam penentuan nilai tegangan (V), arus (I) dan waktu (s)
exspose. Hal ini dikarenakan daya serap tubuh terhadap sinar-X sangat bergantung
pada kandungan unsur-unsur yang ada di dalam organ. Semakin tua usia pasien maka
dosis nilai tegangan (V), arus (I) dan waktu (s) yang dibutuhkan akan semakin besar
sehingga mampu menghasilkan paparan energi listrik yang lebih besar. Hal ini
disebabkan kandungan kalsium (Ca) tulang pada pasien tua lebih sedikit jika
dibandingkan pasien muda. Pada hasil nilai ambang energi listrik sinar-X maupun
nilai rata-rata ambang energi listrik sinar-X sebesar pasien wanita akan lebih kecil
jika dibandingkan dengan pasien pria. Pada hasil nilai ambang energi listrik sinar-X
maupun nilai rata-rata ambang energi listrik sinar-X sebesar pasien pria. Hal ini
disebabkan karena kondisi fisiologis Thorax PA antara pasien wanita dan pasien pria
berbeda. Kondisi Thorax PA pasien wanita lebih didominasi oleh jaringan lunak
(kelenjar payudara) sedangkan pada pasien pria didominasi dengan jaringan tulang
yang lebih padat dari pasien wanita. Hasil ini memberikan nilai rata-rata energi listrik
sinar-X thorax PA pada pasien yang menentukan besarnya paparan radiasi dan
dengan faktor parameter eksposi (kV, mA, maupun timer) yang telah ditentukan
sehingga pasien tetap dalam batas aman untuk menerima paparan radiasi.