MODEL SINERGIS PENGEMBANGAN DAERAH NODAL SEBAGAI KESATUAN WILAYAH PERENCANAAN DALAM LINGKUP KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH: KASUS WILAYAH TAPAL KUDA JAWA TIMUR
Abstract
Istilah wilayah Tapal Kuda tersebut muncul menjelang pelaksanaan
pemilihan umum (Pemilu) tahun 1977, disebut wilayah Tapal Kuda tersebut pada
dasarnya dapat dibagi menjadi 3 (tiga) sub-wilayah, yaitu sub-wilayah: (a)
Pulau Madura, (b) Teluk Madura, dan (c) Selat Madura. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui faktor yang dapat berpotensi menjadi pendorong dan
penghambat guna mengembangkan wilayah tapal kuda sebagai daerah nodal
menjadi kesatuan wilayah perencanaan di dalam lingkup otonomi daerah serta
untuk mengetahui alternatif model sinergis yang dapat dipandang efektif dan
efisien guna mengembangkan wilayah tapal kuda sebagai daerah nodal menjadi
kesatuan wilayah perencanaan di dalam lingkup otonomi daerah. Alat analisis
yang dipergunakan adalah pendekatan analisis metode deskriptif kualitatif. Data
yang diperoleh kemudian dianalisis mengguanakan triangulasi sumber dan data.
Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) faktor yang dapat berpotensi
menjadi pendorong dan (2) faktor yang dapat berpotensi menjadi penghambat,
dapat ditinjau dari 4 aspek yaitu : politis, ekonomi, sosial, dan kelembagaan.
Dimana keempat aspek tersebut ditujukan guna mewujudkan kemungkinan
wilayah Tapal Kuda sebagai daerah nodal menjadi kesatuan wilayah perencanan
kebijakan otonomi daerah (3) Alternatif model sinergis yang dipandang efektif
dan efisien guna mewujudkan kemungkinan wilayah Tapal Kuda sebagai daerah
nodal menjadi kesatuan wilayah perencanan di dalam lingkup kebijakan otonomi
daerah, adalah pengembangan ekonomi terpadu kawasan andalan.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4297]