dc.description.abstract | Kedelai (Glicynemax L. meril) merupakan kacang-kacangan yang
memiliki potensi tinggi sebagai sumber protein dan relatif lebih murah Di
Indonesia sendiri, telah berkembang kedelai Jepang atau kedelai manis yang
disebut “edamame”. Kelebihan edamame dibandingkan dengan kedelai umumnya
adalah citarasa yang lebih manis, ukuran polong lebih besar dan umur panen yang
lebih singkat. Dalam proses pengolahan beku, edamame dikelompokkan dalam
dua golongan besar, yakni kualitas ekspor (grade A) dan afkir (limbah/by
product). Edamame afkir ini berjumlah sangat besar yakni antara 25 – 30 % dari
total bahan masuk setiap periode produksi.
Karena hal tersebut diatas, maka diusahakan beberapa alternatif
pengolahan edamame afkir. Salah satu alternatif yang coba ditawarkan adalah
yoghurt edamame, sebagai salah satu pangan fungsional yang dapat memberikan
efek menyehatkan bagi yang mengkonsumsinya. Pada proses pembuatan yoghurt
dengan bahan susu sapi, tidak dilakukan penambahan sukrosa. Hal ini karena pada
susu sapi telah mengandung laktosa, yang merupakan substrat bagi bakteri
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilllus. Untuk mengatasi hal
tersebut di atas, maka dalam proses pembuatan yoghurt edamame diperlukan
penambahan sumber gula sebelum dilakukan inokulasi. Penambahan sumber gula
sebanyak 4 – 5 % dan kadar protein susu kedelai antara 3,6 – 4,5 % akan
menghasilkan soyghurt dengan sifat-sifat baik.
Konsentrasi sukrosa dan starter yang ditambahkan sangat menentukan sifat
fisiko-kimia dan organoleptik soyghurt yang dihasilkan. Karena itu, perlu
dilakukan penelitian tentang kombinasi antara penambahan sukrosa dan
konsentrasi starter yang paling sesuai bagi pembuatan soyghurt.
Secara garis besar pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam dua tahap,
yakni pembuatan starter dan pembuatan soyghurt dengan menggunakan bahan
yang sama, yaitu susu edamame (soymilk).
Sedangkan untuk rancangan percobaan pada penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari dua faktor, dengan faktor A
adalah penambahan sukrosa dan faktor B adalah konsentrasi starter. Untuk setiap
faktor terdiri dari tiga level. Sehingga akan diperoleh sembilan kombinasi
perlakuan.
Pada penelitian ini, parameter yang diamati adalah nilai pH, warna,
viskositas, total mikroba, kadar protein terlarut dan uji organoleptik.
Perlakuan penambahan sukrosa dalam proses pembuatan soyghurt
edamame afkir (Glicyne max L) meril) berpengaruh terhadap warna (derajat
xiv
putih), viskositas, total mikroba dan kadar protein terlarut soyghurt yang
dihasilkan, dan tidak memberikan pengaruh terhadap nilai pH. Sedangkan
perlakuan konsentrasi starter dalam proses pembuatan soyghurt edamame afkir
berpengaruh terhadap nilai pH dan viskositas, namun tidak berpengaruh terhadap
warna (derajat putih), total mikroba dan kadar protein terlarut soyghurt yang
dihasilkan.
Perlakuan yang terbaik adalah perlakuan A3B3 (penambahan sukrosa 6%,
konsentrasi starter 7%), dengan parameter nilai pH 4,76; warna (derajat putih)
17,15; viskositas 23,00; total mikroba 1,399x10
xv
8
; kadar protein terlarut 0,500; dan
uji kesukaan organoleptik warna dengan skor 4,28; skor aroma 2,88; skor rasa
2,68; skor tekstur 1,96 dan skor kenampakan secara keseluruhan 3,72.
Kata kunci : edamame, sukrosa, starter | en_US |