dc.description.abstract | Gempa bumi pada tahun 2006, mengguncang bagian tengah wilayah
Indonesia, dekat kota sejarah, yaitu Yogyakarta. Pusat gempa ini berada di Samudera
Hindia pada jarak sekitar 33 kilometer di selatan kabupaten Bantul, kekuatan gempa
ini mencapai 5,9 pada Skala Richter. Lebih dari 5 ribu orang terbunuh dan ribuan
terluka akibat gempa yang menyerang pada pagi 27 Mei. Karena gempa berasal dari
kedalaman yang relatif dangkal yaitu 33 kilometer dibawah tanah, guncangan
dipermukaan lebih dahsyat maka terjadilah kehancuran besar. Salah satu gedung yang
mengalami kehancuran besar adalah gedung rektorat Institut Seni Indonesia
Yogyakarta. Oleh karena itu, peneliti ingin membuktikan apakah keruntuhan kolom
antara kenyataan dan hasil analisa menunjukkan pola kegagalan yang sama.
Penelitian diawali dengan pengumpulan data, data yang dibutuhkan adalah
gambar perencanaan gedung rektorat Institut Seni Indonesia Yogyakarta dan data
seismograf gempa Yogyakarta. Kemudian dianalisa beban gempanya menggunakan
analisis Spektrum Respons. Setelah diperoleh beban gempa sebesar 14896.883 KN,
17692.909 KN, dan 6391.835 KN maka beban tersebut dianalisa menggunakan
program komputer, yaitu SAP2000 v.10. Dari hasil analisis SAP, diperoleh gaya
axial tiap kolom yang kemudian dihitung kapasitas tiap kolom sehingga bisa
diketahui letak kolom yang mengalami leleh/hancur.
Dari hasil perhitungan kapasitas, beberapa kolom lantai satu telah mengalami
gagal terlebih dahulu. Hal ini membuktikan bahwa keruntuhan kolom antara
kenyataan dan hasil analisa menunjukkan pola kegagalan yang sama. Untuk
mengetahui seberapa besar beban yang dibutuhkan sehingga semua kolom runtuh,
maka dilakukan penambahan beban. Penambahan beban dilakukan secara bertahap
yaitu 20%, 40%, 100%, 200%, 500%,dari beban awal. Sehingga beban gempa
sebesar 5.9 SR dapat disetarakan dengan beban pada pembebanan awal yaitu sebesar
14896.883 KN untuk kolom lantai satu. | en_US |