Proses Pembingkaian Gerakan Sosial #MeToo di Jepang
Abstract
Shiori Ito merupakan aktor sekaligus penyintas kekerasan seksual yang vokal dalam memperjuangkan keadilan bagi dirinya dan perempuan di Jepang. Dalam perjuangannya, Ito menghadapi berbagai hambatan, baik dari pelaku kekerasan seksual, kebijakan pemerintah, maupun norma sosial yang masih menganggap isu kekerasan seksual sebagai topik yang tabu. Merujuk pada tiga tahapan utama dalam teori proses pembingkaian dalam gerakan sosial, yaitu diagnostik, prognostik, dan motivasional, sert teori feminisme radikal, penelitian ini menjelaskan bagaimana Ito membentuk dan menyampaikan pesan untuk mengubah cara pandang masyarakat terhadap isu kekerasan seksual. Pada tahan pembingkaian diagnostik, Ito menyoroti ketidakadilan yang dialami para korban, termasuk minimnya dukungan hukum dan sosial. Selanjutnya, pada tahap pembingkaian prognostik, ia mendorong untuk adanya perubahan struktural, seperti peningkatan kesadaran publik. Selanjutnya, pada tahap pembingkaian motivasional, Ito menginspirasi para korban dan perempun untuk bersuara dan bergabung dalam gerakan sosial #MeToo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun menghadapi berbagai tantangan, Ito mampu mengubah persepsi publik melalui pengalaman pribadinya dan kepeduliannya terhadap keselamatan perempuan penyintas kekerasan seksual di Jepang. Keberhasilannya dalam mendorong diskusi publik yang lebih terbuka mengenai isu kekerasan seksual merupakan hasil dari strategi pembingkaian yang terencana dan relevan dengan konteks di Jepang. Kesimpulannya adalah pembingkaian proses memegang peranan penting dalam mengadaptasi nilai-nilai global gerakan sosial ke dalam konteks lokal, serta mengidentifikasi hambatan dan dampaknya di Jepang.