Perbedaan Toksisitas Ekstrak Rimpang Lengkuas Putih (Alpinia Galanga) dan Lengkuas Merah (Alpinia Purpurata) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Aedes Aegypti Serta Pemanfaatannya sebagai Leaflet
Abstract
Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penyakit demam berdarah
dengue yang menularkan virus dengue melalui gigitannya. Demam berdarah
dengue hingga saat ini masih menjadi asalah nasional. Kementerian Kesehatan
Indonesia mencatat pada awal tahun 2024 jumlah kasus demam berdarah mencapai
15.799 dengan 124 kasus kematian. Melihat adanya kasus yang disebabkan oleh
nyamuk Aedes aegypti yaitu DBD, maka perlu dilakukan pengendalian nyamuk
Aedes aegypi untuk memutus rantai penularan penyakit.
Pengendalian nyamuk yang umum dilakukan oleh masyarakat adalah
menggunakan insektisida kimia yaitu abate, dikarenakan dianggap lebih cepat
dibandingkan pengendalian secara biologis. Penggunaan abate secara terus menerus
menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan dan organisme hidup.
Larvasida alami berbahan dasar tumbuhan dapat menjadi alternatif karena
ketersediaan melimpah, ramah lingkungan, mudah terurai, dan dapat menguragi
laju resistensi vektor pembawa penyakit.
Masyarakat indoensia mengenal dua varietas tanaman lengkuas, yaitu
lengkuas putih dan lengkuas merah. Bagian rimpang kedua tanaman memiliki
potensi sebagai larvasida alami. Berbagai penelitian menunjukkan rimpang
lengkuas putih dan lengkuas merah mengandung senyawa metabolit sekunder
berupa alkaloid, fenol, flavonoid, terpenoid, tanin, dan saponin. Rimpang lengkuas
merah diduga mempunyai senyawa steroid yang tidak dimiliki oleh rimpang
lengkuas putih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai LC50 dan perbedaan
toksisitas ekstrak rimpang lengkuas putih (Alpinia galanga) dan lengkuas merah
(Alpinia purpurata) terhadap mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti dalam waktu
dedah 48 jam. Penelitian dilakukan di Sub Laboratorium Toksikologi Program Studi
Pendidikan Biologi universitas Jember. Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai
bulan September 2024 sampai Januari 2025. Metode ekstraksi maserasi digunakan
untuk mendapatkan ekstrak kental dari rimpang lengkuas putih dan lengkuas merah.
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan uji pendahuluan dan uji akhir. Serial
konsentrasi yang didapatkan berdasarkan uji pendahuluan yaitu 500 ppm, 1000
ppm, 1500 ppm, dan 2000 ppm. Setiap perlakuan menggunakan 20 ekor larva
nyamuk Aedes aegypti yang dimasukkan kedalam 100 ml larutan serial konsentrasi
dan kontrol degan 4 kali pengulangan dalam waktu dedah 48 jam. Penentuan LC50
dilakukan dengan analisis probit menggunakan Software SPSS for windows versi
30.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai LC50 ekstrak rimpang lengkuas
putih sebesar 1483,026 ppm dengan batas bawah 1378,027 ppm dan batas atas
1599,442 ppm. Nilai LC50 ekstrak rimpang lengkuas merah sebesar 745,510 ppm
dengan batas bawah 590,512 ppm dan batas atas 866,038 ppm. Hasil analisis
menunjukkan rimpang lengkuas merah lebih efektif atau toksik dalam membunuh
larva nyamuk Aedes aegypti dibandingkan lengkuas putih. Perbedaan toksisitas
ekstrak rimpang lengkuas putih dan lengkuas merah diketahui dengan melakukan
analisis Uji Independent T-test. Berdasarkan analisis uji Independent Sample T-test
menunjukkan nilai t sebesar -3.339 dengan derajat kebebasan (df) 30 dan
signifikansi 0.002 (p<0.05). Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan rerata
mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti yang signifikan secara statistik antara
ekstrak rimpang lengkuas putih (Alpinia galanga) dan lengkuas merah (Alpinia
purpurata). Penelitian yang telah dilakukan, dikemas dalam produk Leaflet untuk
disebarluaskan pada masyarakat. Uji validasi leaflet dilakukan oleh satu dosen
validator materi dan satu dosen validator media untuk menguji kelayakan produk
dengan rerata hasil validasi 90,85% termasuk dalam kategori sangat layak.
Kesimpulan penelitian yang telah dilakukan adalah ekstrak rimpang
lengkuas merah (Alpinia purpurata) memiliki toksisitas lebih tinggi dengan nilai
LC50 sebesar 745,510 ppm sedangkan rimpang lengkuas putih nilai LC50 sebesar
1378,027 ppm. Ekstrak rimpang lengkuas merah secara signifikan lebih efektif dalam menyebabkan kematian larva Aedes aegypti dalam waktu dedah 48 jam dan
leaftlet yang disusun dinyatakan sangat layak untuk dijadikan bahan bacaan
masyarakat. Saran dalam penelitian ini perlu adanya penelitian lebih lanjut
mengenai perbedaan profil fitokimia dari ekstrak rimpang lengkuas putih (Alpinia
galanga) dan lengkuas merah (Alpinia purpurata). Selain itu, penelitian selanjutnya
disarankan menggunakan pelarut non polar atau semi polar untuk ekstraksi senyawa
metabolit sekunder pada rimpang lengkuas putih (Alpinia galanga) dan lengkuas
merah (Alpinia purpurata).