Skrining Fitokimia dan Potensi Daya Hambat Ekstrak Pacing (Costus Speciousus J.sm) Terhadap Mycobacterium Tuberculosis H37Rv
Abstract
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberkulosis (Mtb) yang dapat menular melalui percikan dahak.
Bakteri ini sebagian besar menyerang paru tetapi dapat juga menyerang organ tubuh
yang lainnya, seperti otak, usus, ginjal, atau tulang belakang. Penularan penyakit
ini adalah melalui perantara ludah atau dahak penderita batuk, bersin, menyanyi,
atau berbicara, butir-butir air ludah ( droplet) akan berterbangan di udarah dan
terhisap oleh orang yang sehat sehingga masuk kedalam paru. Angka kejadian TB
di Indonesia semakin meningkat. Pada tahun 2020 ditemukan sebanyak 393.323
kasus dan di tahun 2021 terdapat 443.235 kasus TB yang ditemukan dan diobati.
 Obat antituberkulosis (OAT) memiliki efek samping mulai dari ringan
hingga efek samping berat juga dapat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas
akibat tuberkulosis. Efek samping OAT dapat berakibat pada ketidak patuhan terapi
bahkan dapat berakibat putus obat. Oleh karena itu, munculnya alternatif terapi dari
bahan alam. Keuntungan utama menggunakan bahan alam seperti tumbuhan adalah
bahwa mereka mereka sumber daya alam yang tidak ada habisnya, karena mereka
menyediakan banyak molekul kecil dengan sifat seperti obat. Selain itu, manfaat
teraupetik yang mendalam dari pengobatan herbal dapat mengurangi banyak efek
samping yang umumnya terkait dengan obat-obatan sintesis.
Beberapa penelitian telah dilakukan terhadap tumbuhan Pacing (Costus
speciousus, J.sm). Ekstrak n-heksan dan metanol dari daun dan rimpang pacing
memiliki aktivitas antibakteri yang baik terhadap Shigella spp., Staphylococcus
aureus, Escherichia, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas spp., Bacillus subtilis,
dan Salmonella spp.
Berdasarkan uraian di atas, dilakukan skrining fitokimia dan penelitian
terhadap aktivitas antituberkulosis ekstrak dan fraksi Pacing secara in vitro terhadap Mycobacterium tuberculosis H37Rv dengan metode resazurin dan
kolorimetri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui senyawa fitokimia di dalam
ekstrak dan fraksi Pacing serta mencari informasi terkait ekstrak atau fraksi yang
mempunyai persen penghambatan yang paling baik sebagai agen antituberkulosis.
Metode ekstraksi yang digunakan adalah remaserasi dengan pelarut metanol. Hasil
ekstraksi kemudian dipekatkan dan difraksinasi secara bertingkah dengan metode
partisi cair-cair. Pelarut yang digunakan dalam fraksinasi adalah n-heksan,
diklorometana (DCM), dan etil asetat. Konsentrasi sampel yang diuji yaitu 25, 100,
500, dan 1000 ppm dengan kontrol positif berupa isoniazid. Hasil uji
antituberkulosis dibaca menggunakan ELISA Reader pada panjang gelombang 450
nm.
 Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak metanol, fraksi n-heksan,
DCM, dan etil asetat Pacing (Costus speciousus, J.sm) mengandung senyawa
alkaloid, flavonoid, dan saponin. Golongan senyawa tanin terkandung dalam
ekstrak metanol, fraksi DCM dan fraksi etil asetat. Keempat ekstrak dan Fraksi
Pacing (Costus speciousus, J.sm) tidak mengandung senyawa terpenoid. Hasil
pengujian antituberkulosis menunjukan nilai IC50 sampel ekstrak metanol Pacing
(Costus specious J.sm) 13,2394 ppm , fraksi n-heksan 5,4151 ppm, DCM 27,8156
ppm, dan etil asetat 6,5659 ppm sedangkan nilai IC50 isoniazid sebagai kontrol
positif yaitu 1,7831 ppm. Dari keempat ekstrak dan fraksi Pacing (Costus specious
J.sm) menunjukan fraksi n-heksan memiliki aktivitas anti-TB yang paling baik.
Namun aktivitas anti-TB keempat ekstrak dan fraksi Pacing masih lebih rendah jika
dibandingkan dengan kontrol positif isoniazid namun masih berpotensi sebagai
anti-TB kategori sangat kuat karena memiliki nilai IC50 < 50 ppm.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1575]