Analisis Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak Metanol Lumut Hati Dumortiera hirsuta (Sw.) Nees. Asal Kawasan Gunung Gumitir dengan Metode Gas Chromatography- Mass Spectrometry (GC-MS)
Date
2023-07-31Metadata
Show full item recordAbstract
Lumut D. hirsuta adalah salah satu jenis lumut yang termasuk ke dalam kelompok
lumut hati bertalus. Lumut D. hirsuta memiliki beberapa ciri morfologi berupa
talus berwarna hijau gelap, bentuk lembaran, tepi bergelombang, dan memiliki
organ seksual berupa arkegonium dan anteridium yang dilengkapi dengan
reseptakel berbulu pada bagian tepi. Lumut D. hirsuta biasa ditemukan menempel
pada substrat batu atau tanah basah di tempat naungan.
Lumut hati D. hirsuta diketahui memiliki beberapa jenis kandungan metabolit
sekunder yaitu alkaloid, steroid, keton, monoterpen, seskuiterpen, flavonoid.
Lumut hati D. hirsuta juga diketahui mengandung monoterpen, seskuiterpen,
keton, asam karboksilat, aldehid, dan senyawa aromatik. Keberadaan beberapa
jenis senyawa metabolit sekunder tersebut menjadikan lumut hati D. hirsuta
memiliki beberapa potensi di bidang farmakologi seperti sebagai antibakteri,
antifungi, antimikroba, antioksidan, dan agen sitotoksik.
Keberadaan metabolit sekunder pada suatu jenis tumbuhan dapat diuji dengan
beberapa cara, salah satunya dengan metode GC-MS. Gas ChromatographyMass Spectrometry (GC-MS) merupakan gabungan dari dua metode berupa
pemisahan senyawa campuran yang bersifat volatil oleh kromatografi gas serta
deteksi dan analisis jenis senyawa oleh spektrometri massa. Pemisahan senyawa
pada GC-MS terjadi berdasarkan berat molekulnya. GC-MS memiliki beberapa
kelebihan yaitu pemisahan senyawa optimal, waktu analisis cepat, dan tingkat
sensitivitas yang tinggi.
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap berupa pengambilan dan preparasi
sampel, maserasi dan ekstraksi sampel, dan uji GC-MS. Pengambilan sampel
lumut hati D. hirsuta dilakukan di kawasan Gunung Gumitir. Preparasi sampel
dilakukan dengan pembersihan sampel dari substrat yang menempel dan
penghalusan sampel. Maserasi dilakukan dengan melarutkan sampel halus
menggunakan metanol PA selama 3x24 jam diselingi pengadukan selama 1x24
jam. Ekstraksi dilakukan dengan rotary evaporator untuk menghasilkan ekstrak
murni sampel D. hirsuta. Uji GC-MS pada penelitian ini dilakukan oleh set alat
instrumen GC-MS-QP 2010 Plus Shimadzu. Uji GC-MS berlangsung melalui tiga
tahap yaitu preparasi dengan melakukan filtrasi sampel menggunakan syringe
filter membran, injeksi sampel dengan metode split, dan deteksi oleh spektrometri
massa menggunakan bank data Wiley 9.
Berdasarkan kromatogram uji GC-MS, sampel D. hirsuta menunjukkan 40 jenis
senyawa. Namun, dari 40 jenis senyawa tersebut terdapat 3 jenis senyawa yang
terdeteksi dua kali pada peak yaitu senyawa 1(10),4-aromadenedradiene pada
peak 22 dan 25, (-)-Caryophyllene oxide pada peak 28 dan 30, serta 9-Ocdecenoic
acid (Z)-(CAS) Oleic acid pada peak 32 dan 37 sehingga total keseluruhan
terdapat 37 jenis senyawa yang berbeda. Hasil identifikasi 37 jenis senyawa
tersebut menunjukkan bahwa D. hirsuta mengandung 2 jenis metabolit primer
yaitu 13% asam lemak dan 6% asam amino serta 4 jenis metabolit sekunder yaitu
29% terpen, 21% fenol, 2% senyawa hidrokarbon, dan 6% keton. Namun 23%
senyawa lainnya belum diketahui jenisnya. Jenis senyawa dengan intensitas
tertinggi yaitu pada peak 26 yaitu senyawa 2(1H)-Naphthalenone,7-ethynyl -
4a,5,6,7,8, 8a-hexahydro-1, 4a-dimethyl(1.alpha., 4a.beta., 7.beta., 8a.alpha.)-
(CAS) (10,2%) tergolong senyawa terpen sedangkan senyawa dengan intensitas
paling rendah terdapat pada peak 2 yaitu senyawa L-Alanine, ethyl ester (CAS)
Alanine ethyl ester (0,08%) tergolong senyawa asam amino. Keberadaan jenis
senyawa metabolit sekunder tersebut menjadikan lumut D. hirsuta memiliki
potensi yang baik sebagai obat. Potensi ekstrak metanol lumut D. hirsuta yang
berhasil diketahui berupa antimikrob, antioksidan, antiinflamasi, sitotoksik, obat
kantung kemih, dan agen aromaterapi.