Degradasi dan Digesti Sampah Plastik Styrofoam pada Fase Larva, Prepupa, Pupa, dan Imago Tenebrio molitor L. serta Pemanfaatannya Sebagai Buku Ilmiah Populer
Abstract
Styrofoam merupakan sampah plastik yang banyak ditemukan di
lingkungan. Salah satu jenis styrofoam yang sering ditemukan di lingkungan
masyarakat yaitu PSP styrofoam wadah makanan. Styrofoam membutuhkan waktu
lebih dari 500 tahun untuk dapat terurai, sedangkan sifatnya hanya sekali pakai,
hal ini menyebabkan adanya timbunan sampah styrofoam yang dapat berakibat
serius bagi lingkungan apabila tidak segera diatasi.
Salah satu solusi ramah lingkungan yang dapat digunakan yaitu dengan
melakukan biodegradasi. Tenebrio molitor L. merupakan biodegradator alami
yang memiliki kemampuan untuk mendegradasi styrofoam. Kemampuan ini bisa
terjadi karena pada saluran pencernaannya terdapat mikroorganisme berupa
Exiguobacterium sp. strain YT2 yang dapat mensekresikan enzim ekstraseluler
untuk mengkatalis reaksi depolimerisasi fragmen styrofoam, memecahnya
menjadi molekul yang lebih kecil, dan memanfaatkannya sebagai sumber karbon
untuk mendukung proses kehidupannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah fragmen styrofoam
dalam sistem pencernaan Tenebrio molitor L. habis pada fase tertentu, sehingga
larva Tenebrio molitor L. yang dipelihara dapat dipanen untuk dimanfaatkan
sebagai pakan ternak dengan aman tanpa risiko adanya residual mikroplastik di
dalamnya. Hasil penelitian ini dijadikan sebagai buku ilmiah populer, yang dapat
dibaca oleh berbagai kalangan.
Penelitian ini bertempat di sub lab Konservasi Hayati, UPT Laboratorium
Terpadu dan Sentra Inovasi teknologi-CDAST lantai 3, Universitas Jember. Uji
pendahuluan dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2022. Sedangkan uji akhir
dilakukan pada bulan Februari-April 2023. Penelitian ini terdiri dari 1 kontrol dan
1 perlakuan pakan styrofoam, dengan masing masing berjumlah 3 kali ulangan.
Pada setiap wadah ulangannya berisi 250 larva Tenebrio molitor L. instar 13,
dengan rentang panjang 2,3-2,4 cm, dan bobot 0,8-0,11 g, sehingga total larva
yang digunakan sebanyak 1.500 individu.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pada organ pencernaan
Tenebrio molitor L. yang meliputi crop, ventrikulus, intestinum, dan rektum,
ditemukan adanya fragmen styrofoam dengan jumlah dan ukuran yang bervariasi.
Ukuran fragmen dibagi menjadi tiga kategori yaitu, kecil (< 0,5 mm), sedang
(0,5-0,75 mm), dan besar (> 0,75 mm). Setelah diamati, diketahui bahwa fragmen
yang ditemukan dari crop hingga rectum terpecah menjadi ukuran yang lebih kecil
lagi, dan semakin lama jumlahnya semakin sedikit. Hasilnya menunjukkan bahwa
rerata degradasi semakin menurun seiring dengan perubahan fase. Fase larva
memiliki rerata degradasi paling tinggi yaitu sebesar 125,00 mg/hari/individu,
diikuti fase prepupa sebesar 75,26 mg/hari/individu, pupa, 74,00 mg/hari/individu,
dan yang terendah yaitu imago dengan rerata degradasi sebesar 37,50
mg/hari/individu. Pada fase larva, digesti tertinggi terjadi di crop dengan nilai
digesti sebesar 0,07 fragmen/individu. Pada fase prepupa, digesti tertinggi terjadi
di ventrikulus dengan nilai digesti sebesar 0,39 fragmen/individu. Pada fase pupa,
digesti tertinggi terjadi di intestinum dengan nilai digesti sebesar 0,30
fragmen/individu. Pada fase imago, digesti tertinggi terjadi di rektum dengan nilai
digesti sebesar 0,03 fragmen/individu. Dari keempat fase tersebut, fase prepupa
memiliki kemampuan digesti yang paling tinggi. Fragmen styrofoam masih
ditemukan pada keempat fase tersebut.
Hasil penelitian mengenai Degradasi dan Digesti Sampah Plastik
Styrofoam pada Fase Larva, Prepupa, Pupa, dan Imago selanjutnya dipublikasikan
dalam bentuk buku ilmiah populer berjudul Degradasi Styrofoam oleh Berbagai
Fase Ulat Hongkong (Tenebrio molitor L.). Buku ini divalidasi oleh 3 validator,
skor dari ahli materi adalah 85,71% dengan kriteria sangat layak, skor dari ahli
media adalah 85,22% dengan kriteria sangat layak, dan skor dari pengguna adalah
91,67% dengan kriteria sangat layak. Sehingga didapatkan skor rerata sebesar
87,53% . Nilai tersebut menunjukkan bahwa buku ilmiah populer yang telah
disusun sangat layak untuk digunakan sebagai bahan bacaan oleh masyarakat.