Konsistensi 'Sell In May And Go Away' Terhadap Saham Pembentuk Indeks S&P 500
Abstract
Fenomena Sell in May and Go Away (SMGA) merupakan anomali pasar yang menyatakan bahwa return saham cenderung lebih rendah pada musim panas (Mei–Oktober) dibandingkan musim dingin (November–April). Fenomena ini telah banyak diteliti dalam konteks indeks pasar saham, tetapi belum banyak dianalisis secara konsisten pada tingkat saham individual. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah perbedaan abnormal return yang diindikasikan oleh fenomena SMGA terjadi secara konsisten pada saham pembentuk indeks S&P 500 selama lima siklus terbaru, yaitu Mei 2019–April 2024.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode studi peristiwa (event study). Populasi penelitian adalah seluruh saham yang membentuk indeks S&P 500 selama periode pengamatan. Teknik purposive sampling digunakan untuk memilih sampel saham yang konsisten berada dalam indeks S&P 500 selama lima siklus. Sampel akhir terdiri dari 427 saham. Data yang digunakan merupakan data sekunder berupa harga penutupan bulanan yang diperoleh dari sumber daring. Analisis dilakukan dengan menghitung abnormal return menggunakan market-adjusted model, kemudian diuji menggunakan paired sample t-test untuk mengidentifikasi perbedaan signifikan antara return musim panas dan musim dingin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil saham dalam indeks S&P 500 yang menunjukkan pola SMGA pada setiap siklus, dengan proporsi berkisar antara 2,81% hingga 7,73%. Tidak ada saham yang secara konsisten mengalami fenomena ini di seluruh lima siklus. Selain itu, volatilitas cenderung lebih tinggi selama musim dingin, tetapi tidak selalu berbanding lurus dengan peningkatan return. Hasil ini menunjukkan bahwa fenomena SMGA pada tingkat saham individual bersifat acak dan tidak konsisten. Dengan demikian, penelitian ini menyimpulkan bahwa fenomena SMGA tidak relevan sebagai strategi investasi berbasis anomali kalender di tingkat saham individual. Investor disarankan untuk lebih mengutamakan analisis fundamental, diversifikasi portofolio, serta manajemen risiko aktif guna mengantisipasi dinamika pasar yang semakin efisien.