Show simple item record

dc.contributor.authorYUSLIANTI, Oktaviana
dc.date.accessioned2025-07-31T06:33:38Z
dc.date.available2025-07-31T06:33:38Z
dc.date.issued2024-07-30
dc.identifier.nim202310101088en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/127630
dc.descriptionFinalisasi repositori tanggal 6 Agustus 2025_Kurnadien_US
dc.description.abstractDalam mengelola diabetes melitus, terdapat beragam tantangan yang harus dihadapi oleh pasien diabetes melitus termasuk diabetes burnout (Kusumawati et al., 2022). Diabetes burnout syndrome dapat menjadi risiko besar terhadap buruknya kontrol metabolisme dan komplikasi diabetes jangka panjang (Culman et al., 2016). Kondisi diabetes burnout dapat membawa dampak negatif karena membuat pasien tidak termotivasi untuk melakukan perawatan diabetes (Polonsky, 1999). Kelelahan yang dirasakan oleh pasien ini merupakan proses transisi menuju kondisi burnout yang lebih kompleks, sehingga pasien mulai menjadi apatis terhadap penyakitnya, perawatan diri, bahkan dukungan disekitarnya (Abdoli et al., 2020). Diabetes burnout syndrome dapat membawa dampak negatif bagi penderita DM tipe 2 (Zhafarina et al., 2022). Pasien DM yang mengalami kejenuhan atau burnout dapat berpengaruh pada kepatuhan pasien dalam melakukan perawatan diabetes (Nuari, 2020a). Salah satu perawatan diabetes tersebut adalah perawatan kaki pasien. Perilaku perawatan kaki menjadi salah satu bagian penting dari perawatan diri pasien DM tipe 2 untuk mencegah terjadinya komplikasi ulkus kaki diabetik (Sari et al., 2022). Di Indonesia, kualitas perilaku perawatan kaki pasien diabetes melitus tergolong kurang baik (Sari et al., 2020), sehingga hal ini menjadi permasalahan yang belum teratasi dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan diabetes burnout syndrome dengan perilaku perawatan kaki pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Sumbersari. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif korelasional. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner Diabetes Burnout Scale dan Nottingham Assessment of Functional Footcare. Pengumpulan data dilakukan dengan metode studi crosssectional. Sampel diperoleh dengan menggunakan Accidental Sampling dengan jumlah 81 responden. Data penelitian ini dianalisis menggunakan uji statistic Pearson Product Moment. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mempuyai nilai rata-rata untuk diabetes burnout syndrome yakni sebesar 57,23 dan nilai ratarata untuk perilaku perawatan kaki adalah 41,21. Berdasarkan hasil analisis uji statistik parametrik pearson product moment didapatkan nilai p-value adalah 0,001 < α = 0,05 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara diabetes burnout syndrome dengan perilaku perawatan kaki pada pasien diabetes melitus tipe 2. Berdasarkan hasil analisis juga didapatkan nilai koefisien korelasi (r) diabetes burnout syndrome dengan perilaku perawatan kaki adalah -0,419 yang berarti bahwa terdapat korelasi negatif antara diabetes burnout syndrome dan perilaku perawatan kaki dengan kekuatan hubungan yakni sedang. Menurut Hoover (1983) burnout yang dirasakan oleh pasien diabetes melitus disebabkan rasa frustasi karena telah mengikuti semua anjuran dalam manajemen diabetes, namun pasien masih gagal mengendalikan diabetesnya. Sehingga hal ini menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi pasien, dimana pada akhirnya akan menyebabkan pengabaian terhadap penyakit (Kontoangelos et al., 2022). Menurut Jafari et al. (2024), diabetes burnout merupakan faktor negatif yang mempengaruhi self-care behaviour pasien DM tipe 2, salah satunya yakni perawatan kaki pasien. Sehingga, apabila semakin tinggi diabetes burnout syndrome yang dialami pasien, maka semakin buruk pula perilaku perawatan kaki pasien, begitu pula sebaliknya. Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Sumbersari menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif antara diabetes burnout syndrome dan perilaku perawatan kaki, dengan kekuatan korelasi yang sedang. Hasil analisis korelasi kedua variabel menunjukkan bahwa semakin parah diabetes burnout yang dialami pasien, maka akan semakin buruk pula perilaku perawatan kaki pasien. Sementara itu, semakin rendah diabetes burnout yang dialami pasien, maka semakin baik pula perilaku perawatan kaki pasienen_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Keperawatanen_US
dc.subjectPerawatan Kakien_US
dc.subjectPasien Diabetes Melitus Tipe 2en_US
dc.subjectDiabetes Burnout Syndromeen_US
dc.titleHubungan Diabetes Burnout Syndrome dengan Perilaku Perawatan Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Sumbersari Jemberen_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiIlmu Keperawatanen_US
dc.identifier.pembimbing1Murtaqib, S.Kp., M.Kepen_US
dc.identifier.pembimbing2Ns. Akhmad Zainur Ridla, MAdvNen_US
dc.identifier.validatorvalidasi_repo_ratna_Juli 2025en_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record