Pengaruh Konsentrasi Mo dan Suhu Hidrotermal terhadap Struktur dan Keasaman Katalis Mo/Aluminosilikat Amorf
Abstract
Katalis asam padat merupakan katalis heterogen yang memiliki situs aktif
asam pada permukaannya. Salah satu katalis asam padat yang populer dalam bidang
industri yaitu aluminosilika, terutama alumina silika amorf (ASA). Aluminosilika
dengan struktur amorf dinilai lebih menguntungkan karena memiliki aktivitas yang
lebih baik dibandingkan dengan bentuk kristalinnya. ASA memiliki keasaman
Brønsted sedang (lebih lemah dari zeolit) yang dihasilkan oleh gugus aluminium
dan silanol yang berdekatan. Upaya untuk meningkatkan keasaman Brønsted ASA
yaitu dengan penambahan oksida logam transisi seperti molibdenum trioksida.
Sintesis katalis molibdenum/aluminosilika amorf (Mo/ASA) pada
penelitian ini dilakukan dengan penambahan logam Mo dengan metode hidrotermal
bottom-up menggunakan rasio molar Si/Al 10. Konsentrasi molibdenum
divariasikan sebanyak 4%, 8% dan 12% terhasap ASA, suhu hidrotermal
divariasikan pada 110oC, 125oC dan 140oC dan diamati pengaruhnya terhadap
struktur dan keasaman dari Mo/ASA. Katalis Mo/ASA kemudian dikarakterisasi
dengan Fourier Transform Infrared (FTIR), X-ray Diffraction (XRD), X-ray
Fluorescence (XRF) dan uji keasaman menggunakan FTIR-piridin.
Hasil karakterisasi XRF menunjukkan bahwa katalis hasil sintesis
mengandung unsur Si, Al dan Mo. Namun, jumlah Mo yang terdeteksi lebih sedikit
daripada Mo yang direaksikan. Hal ini dapat disebabkan karena dispersi Mo yang
lebih rendah pada permukaan ASA. Pada pH tinggi, ion molibdat berada dalam
bentuk MoO4
2- yang sangat larut di dalam pelarut air sehingga molibdenum sulit
untuk berikatan dengan AlO4
5- dan SiO4
4- membentuk aluminosilikat. Hal ini
menyebabkan ion molibdat yang larut tidak terinkorporasi pada fase padat
aluminosilikat amorf (ASA). Selain itu, Mo lebih banyak berada di dalam bulk katalis sehingga tidak dapat terdeteksi oleh XRF. Spektrum FTIR dari ASA dan
Mo/ASA menunjukkan puncak vibrasi di sekitar 796-802 cm-1 yang sesuai dengan
vibrasi ulur simetris Si-O-Si, serta pada kisaran 1620-1640 cm-1 yang menunjukkan
vibrasi tekuk O-H dari SiO-H. Adanya spesies Al dalam struktur silika
memengaruhi vibrasi ulur asimetris Si-O-Si atau Si-O-Al, yang menghasilkan
puncak shoulder pada sekitar 1100 cm-1. Adanya puncak baru pada bilangan
gelombang 903-916 cm-1 yang menunjukkan vibrasi Mo=O terminal sintesis katalis
Mo/ASA. Analisa struktur kristal katalis menggunakan XRD menunjukkan bahwa
semua material yang disintesis pada berbagai variasi konsentrasi Mo dan suhu
hidrotermal memiliki puncak yang melebar pada daerah 2θ = 15 – 30°. Hasil
tersebut menandakan bahwa material memiliki struktur amorf. Uji keasaman katalis
Mo/ASA secara gravimetri piridin menunjukkan nilai keasaman yang lebih tinggi
dibandingkan dengan katalis ASA. Analisis keasaman ASA dan Mo/ASA
menggunakan piridin-FTIR tidak menunjukkan kenaikan puncak yang signifikan.
Namun, keasaman tetap meningkat dengan variasi konsentrasi Mo dan suhu
hidrotermal yang lebih tinggi. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan luas puncak
asam Brønsted dan Lewis yang sebanding dengan peningkatan konsentrasi Mo dan
suhu hidrotermal. Peningkatan intensitas yang kecil dapat disebabkan karena
pendispersian molibdenum pada ASA hanya menghasilkan sedikit peningkatan
keasaman sesuai hasil analisis keasaman menggunakan gravimetri.
Variasi konsentrasi Mo dan suhu hidrotermal yang digunakan tidak
mempengaruhi bentuk kristalinitas produk hasil sintesis. Konsentrasi Mo dan suhu
hidrotermal yang semakin tinggi menghasilkan keasaman katalis yang lebih tinggi
pula.