Penilaian Mutu Perairan Pesisir Pantai Rajegwesi, Pantai Batu dan Teluk Hijau Taman Nasional Meru Betiri dengan Menggunakan Bioindikator Makroinvertebrata Bentos
Abstract
Penelitian ini dilakukan untuk menilai mutu perairan pesisir di Pantai
Rajegwesi, Pantai Batu, dan Teluk Hijau di Taman Nasional Meru Betiri. Latar
belakang penelitian ini didasarkan oleh kekhawatiran terhadap potensi pencemaran
yang dapat terjadi akibat meningkatnya aktivitas pariwisata dan pemanfaatan
sumber daya alam di kawasan tersebut. Sebagai kawasan konservasi, ekosistem
pesisir di TNMB harus tetap terjaga mutunya untuk mendukung keberlanjutan
kehidupan biota laut serta fungsi ekologisnya. Aktivitas manusia, seperti wisata
bahari dapat menyebabkan perubahan kualitas air yang berpengaruh pada ekosistem
pesisir. Oleh karena itu, diperlukan upaya pemantauan kualitas air yang efektif dan
berkelanjutan untuk mendukung pengelolaan kawasan konservasi secara optimal.
Berdasarkan uraian tersebut dilakukan penelitian “penilaian mutu perairan Pantai
Rajegwesi, Pantai Batu, dan Teluk Ijo di Taman Nasional Meru Betiri dengan
menggunakan bioindikator makroinvertebrata bentos”.
Tahap-tahap penelitian ini meliputi pengambilan sampel makroinvertebrata
bentos menggunakan metode plot di tiga lokasi penelitian, yaitu Pantai Rajegwesi,
Pantai Batu, dan Teluk Hijau. Plot penelitian berukuran 1x1 meter diletakkan secara
subjektif. Selain itu, pengukuran parameter abiotik perairan meliputi pH, suhu,
salinitas, dan oksigen terlarut dilakukan sebagai faktor lingkungan yang menunjang
keberadaan makroinvertebrata bentos. Data makroinvertebrata bentos dianalisis
untuk menentukan nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H') yang
hasilnya digunakan untuk menentukan kategori mutu air perairan pesisir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas perairan di ketiga lokasi
tergolong tidak tercemar berdasarkan nilai indeks keanekaragaman ShannonWiener (H’) > 2. Pantai Rajegwesi memiliki nilai H’ sebesar 2,51, Pantai Batu
sebesar 2,02, dan Teluk Hijau sebesar 2,11. Nilai H’ yang tinggi disebabkan oleh
kekayaan spesies makroinvertebrata bentos tinggi dan kelimpahan setiap spesies
adalah merata. Nilai tersebut menunjukkan bahwa ketiga lokasi masih dalam
kondisi sehat sehingga mampu mendukung keberadaan makroinvertebrata bentos
dengan kekayaan spesies yang tinggi. Nilai H’ yang tinggi mengindikasikan bahwa ekosistem perairan laut di tiga lokasi penelitian juga berada dalam kondisi stabil.
Ekosisitem yang stabil adalah ekosistem yang mampu segera memulihkan sendiri
kondisinya seperti semula jika mendapat gangguan sehingga keanekaragaman
makroinvertebrata bentos tetap tinggi. Faktor lingkungan abiotik seperti pH yang
berada dalam kisaran 7-8,5, suhu yang relatif stabil antara 26-30°C, serta kadar
oksigen terlarut>5 mg/Ldan salinitas 31-34‰ memenuhi baku mutu air laut untuk
mendukung kehidupan biota laut yang cukup tinggi mendukung kehidupan
berbagai spesies makroinvertebrata bentos dan masih .
Kesimpulan dari penelitian ini adalah kondisi perairan pesisir di Pantai
Rajegwesi, Pantai Batu, dan Teluk Hijau berada dalam kategori tidak tercemar.
Nilai H’ di ketiga pantai ini adalah >2 sehingga mutunya tergolong tidak tercemar.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengelolaan berkelanjutan
kawasan TNMB, baik dalam aspek pelestarian ekosistem maupun pengembangan
pariwisata yang berwawasan lingkungan.