dc.description.abstract | Dalam kehidupan yang serba modern ini manusia tidak dapat lepas dari
adat-istiadat, budaya, dan tradisi. Tradisi adalah salah satu unsur kebudayaan.
Indonesia merupakan negara yang kaya tradisi. Novel Tembang Tolak Bala karya
Han Gagas menceritakan masa kecil seorang anak yang menjalani kehidupan
sebagai gemblak milik warok terpandang. Novel tersebut mengangkat relasi
hubungan yang terjalin antara gemblak dengan warok dalam kesenian Reog. Han
Gagas sebagai penulis novel tersebut ingin menggambarkan unsur budaya lokal,
mistis, dan sejarah keberadaan tradisi gemblak melalui tulisannya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis mengangkat novel Tembang Tolak
Bala sebagai bahan penelitian berjudul “Tradisi Gemblak dalam Novel Tembang
Tolak Bala Karya Han Gagas: Kajian Antropologi Sastra”. Terdapat dua rumusan
masalah yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu; 1) bagaimana keterkaitan
antarunsur struktur dalam novel Tembang Tolak Bala karya Han Gagas, 2)
bagaimana tradisi gemblak dan aspek kebudayaan yang lain dalam novel
Tembang Tolak Bala karya Han Gagas. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mendeskripsikan keterkaitan antarunsur struktur dalam novel Tembang Tolak
Bala, yang meliputi tema, penokohan dan perwatakan, konflik serta latar.
Selanjutnya, mendeskripsikan tradisi gemblak dan aspek kebudayaan yang lain
dalam novel Tembang Tolak Bala karya Han Gagas, meliputi eksistensi gemblak,
relasi gemblak dengan warok, serta kemagisan dan keganjilan kehidupan sosial
warok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif dengan cara melakukan studi pustaka, menganalisis data-data, dan
melakukan wawancara sebagai data pendukung yang merujuk pada eksistensi
tradisi gemblak.
Hasil yang diperoleh dari penelitian menggunakan teori struktural adalah
tema mayor dalam novel Tembang Tolak Bala yaitu tradisi gemblak yang
dilakukan oleh para warok dalam kesenian Reog Ponorogo. Tema minor pada
novel ini adalah adanya cinta dan kasing sayang serta benci dan dendam yang
dirasakan oleh tokoh utama sebagai pelakunya (gemblak). Tokoh dan perwatakan
didapat dari melihat tema yang telah dijelaskan. Berdasarkan tema cerita Hargo
sebagai tokoh utama dan Mei ling, Ibu, Ki Ageng Mirah, Tejowulan, dan Juli
berperan sebagai tokoh bawahan. Perwatakan atau sifat yang dimiliki oleh
masing-masing tokoh tersebut dapat menimbulkan konflik internal (konflik batin)
dan konflik eksternal (konflik fisik). Latar merupakan tahap terakhir yang dibahas
di dalam analisis unsur struktural. Terdapat tiga latar yang ada dalam cerita yaitu
latar tempat diantaranya Ponorogo dan Telaga Ngebel, latar waktu diantaranya
waktu pagi, siang, sore, dan malam, dan latar sosial diantaranya relasi social dan
kepercayaan pelaku reog. Tema dalam penceritaan tidak dapat terlepas dari
adanya dukungan tokoh dan perwatakan. Sama halnya dengan konflik serta latar
yang memiliki keterkaitan antarunsur dengan tema serta tokoh dan perwatakan.
Hasil analisis teori antropologi sastra menunjukkan adanya tujuh unsur
kebudayaan dalam novel yang dibahas. Meskipun demikian, kajian lebih
ditekankan pada tradisi gemblak. Eksistensi tradisi gemblak dalam kesenian Reog
Ponorogo yang sekarang keberadaannya sudah tidak ada lagi. Hal tersebut
dilatarbelakangi oleh pergeseran yang disebabkan adanya pemahaman yang kuat
mengenai kepercayaan atau agama, sehingga mempengaruhi pola pikir paara
warok. Kegiatan penggemblakan yang eksis pada masanya sekarang sulit
dijumpai keberadaannya karena diketahui kegiatan penggemblakan tersebut
terakhir ada dan eksis pada tahun 1980-an. Relasi warok dengan gemblak dapat
diklasifikasikan menjadi relasi sebagai kekasih, sebagai anak-baoak, dan sebagai
guru-murid. Warok sebagai seorang figur yang lahir di tengah masyarakat
Ponorogo telah dikenal sebagai tokoh yang memiliki ilmu kanuragan tinggi,
memiliki fisik yang kuat serta sehat, dan kuat secara lahir dan batin. Hal tersebut
merujuk pada kemagisan dan keganjilan yang berkaitan dengan unsur kekuatan
gaib atau laku mistik dalam kehidupan sosial warok. Selanjutnya, dalam teori
antropologi sastra dibahas secara singkat mengenai tujuh unsur kebudayaan yang
ada pada cerita novel tersebut. | en_US |