dc.description.abstract | Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan salah satu
komoditas hortikultura yang banyak diminati oleh masyarakat dikarenakan
memiliki cita rasa pedas. Cita rasa yang pedas pada cabai diakibatkan dari
kandungan capsaicin pada tanaman cabai. Cabai rawit memiliki nilai ekonomi yang
tinggi dan memiliki kandungan gizi yang cukup banyak. Produksi cabai rawit di
Indonesia selama lima tahun terakhir (2017 – 2021) mengalami kenaikan setiap
tahunnya, akan tetapi pada tahun 2021 terjadi penurunan produksi sebanyak 8,09%.
Disaat produksi cabai rawit mengalami penurunan, disisi lain permintaan
kebutuhan konsumsi pada tahun 2021 mengalami kenaikan sebesar 49,11 ribu ton
(10,25%). Kenaikan permintaan kebutuhan cabai rawit diiringi dengan kenaikan
harga cabai rawit yang ada di pasaran. Kenaikan harga cabai rawit disebabkan
karena kurangnya produksi cabai rawit yang ada di pasaran sehingga menjadikan
cabai rawit tersebut mengalami kelangkaan dan mengakibatkan harga jual
mengalami kenaikan atau fluktuasi, sedangkaan kenaikan kebutuhan cabai rawit
disebabkan karena pertumbuhan penduduk di Indonesia setiap tahunnya bertambah
sehingga mempengaruhi permintaan kebutuhan cabai rawit di kalangan masyarakat.
Penyebab penurunan produksi cabai rawit ini dapat diakibatkan dari
beberapa faktor diantaranya yaitu serangan hama yang terjadi di lahan budidaya
yang mengakibatkan gagal panen, penerapan teknik budidaya yang kurang tepat,
serta juga dapat diakibatkan dari penyempitan luas lahan yang berimbas terhadap
penurunan luas panen. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
produksi cabai rawit dengan beberapa permasalahan tersebut yaitu dengan
memperbaiki teknik budidaya tanaman cabai rawit, salah satunya dengan
menerapkan teknik budidaya secara hidroponik. Upaya peningkatan produksi
tanaman cabai rawit dengan sistem budidaya hidroponik akan lebih optimal apabila
diiringi dengan pemeliharaan tanaman yang baik. Salah satunya yaitu
pemangkasan. Pemangkasan bertujuan untuk merangsang pertumbuhan cabang
lateral agar tanaman memiliki cabang – cabang baru dan segera menghasilkan
bunga serta buah yang lebat.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penggunaan
konsentrasi AB-Mix dan waktu pemangkasan pucuk terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman cabai rawit pada sistem hidroponik dutch bucket. Penelitian ini
dilaksanakan di Greenhouse Agrotechnopark Universitas Jember pada bulan
Februari – Mei 2023. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Faktorial 3x3 dengan 3 ulangan. Faktor pertama konsentrasi AB-Mix dengan 3 taraf
perlakuan yaitu 1500ppm (N1), 2000ppm (N2), dan 2500ppm (N3). Faktor kedua
waktu pemangkasan pucuk dengan 3 taraf perlakuan yaitu 14hst (P1), 21hst (P2),
28hst (P3). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analysis of Variances
(Anova) dan hasil data yang berbeda sangat nyata atau signifikan kemudian
dilakukan uji lanjut menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan
taraf kepercayaan 95%. Variabel pengamatannya yaitu jumlah cabang, diameter
batang, waktu awal berbunga, jumlah buah pertanaman, bobot buah pertanaman,
panjang buah, diameter buah, dan fruitset.
Hasil percobaan pada penelitian ini adanya interaksi yang berbeda sangat
nyata pada variabel pengamatan jumlah buah pertanaman, bobot buah pertanaman,
dan panjang buah. Faktor tunggal konsentrasi AB-Mix menunjukkan hasil berbeda
sangat nyata pada variabel pengamatan jumlah cabang, diameter batang, jumlah
buah pertanaman, bobot buah pertanaman, panjang buah, sedangkan pada faktor ini
menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada variabel pengamatan fruitset. Faktor
tunggal waktu pemangkasan pucuk menunjukkan hasil berbeda sangat nyata pada
variabel pengamatan jumlah cabang, waktu awal berbunga, jumlah buah
pertanaman, bobot buah pertanaman, dan panjang buah. | en_US |