Hidup Untuk Tuhan dan Anak Asuh: Makna Menjadi Biarawati Panti Asuhan Bhakti Luhur Jember
Abstract
Dalam kehidupan sering kali menjumpai seseorang yang memilih jalan kehidupannya untuk menikah, berkeluarga dan mempunyai keturunan. Namun terdapat perempuan Katolik yang secara suka rela meninggalkan kehidupan duniawinya dengan tidak menikah karena memilih jalan hidup sebagai biarawati. Mereka menyerahkan dirinya secara utuh dalam melayani Tuhan, Menjadi seorang biarawati merupakan suatu pilihan hidup dan tidaklah mudah karena perlu mengikuti pendidikan yang selektif di dalam biara selama masa pembinaan 4 tahun, setelah itu secara resmi mampu dikatakan sebagai biarawati. Kelima informan biarawati dalam penelitian ini memiliki rintangan yang dilalui selama di dalam biara, masing-masing diantaranya memiliki strategi yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan membiaranya. Untuk menjadi biarawati perlu bergabung dengan kongregasi yang tersebar sesuai dengan visi, misi dan karya pelayanan kongregasi. Penelitian ini membahas terkait kongregasi biarawati ALMA (Asosiasi Lembaga Misionaris Awam) bergerak dibidang sosial dan agama yang menjalankan karya pelayannya di Yayasan Sosial Bhakti Luhur, seperti di Panti Asuhan Bhakti Luhur Jember. Dalam argumentasi tersebut, peneliti melakukan analisis sosiologis menggunakan teori konstruksi sosial oleh Peter L. Berger. Menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian ini adalah terdapat 5 perempuan Katolik yang menjadi biarawati ALMA di Panti Asuhan Bhakti Luhur mampu membuat kehidupannya bermakna bagi Tuhan dengan melakukan pelayanan di dalam Gereja dan lingkungan umat Katolik, selain itu kehidupan biarawati juga bermakna bagi anak asuh dengan melakukan pelayanan merawat dan mendidik anak yatim-piatu, anak berkebutuhan khusus, keterbatasan akan psikis fisik, mental, sosio ekonomi yang menimbulkan keterbelakangan dalam perkembangannya.