Show simple item record

dc.contributor.authorDZULKARNAIN, Monisa Shafarila
dc.date.accessioned2025-07-21T07:22:21Z
dc.date.available2025-07-21T07:22:21Z
dc.date.issued2024-12-28
dc.identifier.nim200910101129en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/127487
dc.descriptionFinalisasi unggah file repositori tanggal 21 Juli 2025_Kurnadien_US
dc.description.abstractMali menjadi “rumah” bagi jutaan perempuan yang menderita praktik FGM. Tradisi berbahaya ini menjadi simbol pelestarian budaya oleh masyarakat Mali secara turun-temurun. Hal ini menyebabkan prevalensi kasus FGM di Mali berada pada angka ekstrem selama bertahun-tahun. Sebagai respon terhdap permasalah tersebut, UNFPA bersama UNICEF hadir melalui Joint Programme dengan tujuan mempercepat pengabaian FGM di Mali. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menganalisis fenomena yang dibahas oleh penulis. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi pustaka. Penulis melakukan pengumpulan data melalui literatur kemudian menganalisisnya untuk memperoleh data yang relevan dengan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegagalan Joint Programme disebabkan oleh dua hal, yakni ketidakmampuan Joint Programme dalam menjamin pendidikan yang memadai bagi perempuan dan kegagalan Joint Programme dalam mengadvokasi hukum anti-FGM. Kegagalan Joint Programme dalam dua faktor tersbut dikaitkan dengan beberapa hambatan. Pertama ketidakmampuan Joint Programme dalam menjamin pendidikan bagi perempuan disebabkan oleh kurangnya fokus pada pendidikan kesetaraan gender dalam kampanye kesadaran, buruknya kualitas pendidikan di Mali, pendekatan kampanye kesadaran yang kurang sensitif budaya lokal, dan keterbatasan jangkauan kampanye kesadaran. Kedua, Joint Programme gagal dalam mengadvokasi undang-undang anti-FGM di Mali. Dalam hal ini, kegagalan tersebut dikaitkan dengan beberapa hambatan seperti, ketidakmampuan Joint Programme dalam meyakinkan pemuka agama terkait norma baru yang menentang FGM, lemahnya proses advokasi hukum anti-FGM, kurangnya komitmen dalam mengadvokasi undang-undang, serta kampanye kesadaran yang kurang mendukung advokasi undang-undang anti-FGM secara langsung.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFaculty of Social and Political Scienceen_US
dc.subjectKegagalan Joint Programmeen_US
dc.subjectFemale Genital Mutilation (FGM)en_US
dc.subjectMalien_US
dc.titleKegagalan Joint Programme UNFPA dengan UNICEF (UNJP) dalam mengatasi Kasus Female Genital Mutilation (DGM) di Malien_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiInternational Relationen_US
dc.identifier.pembimbing1Dr. Libda Dwi Eriyanti, MAen_US
dc.identifier.pembimbing2Adhiningasih Prabhawati, S. Sos, MAen_US
dc.identifier.validatorHasyimen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record