Pengaruh Kurs dan Foreign Direct Investment Terhadap Ekspor Manufaktur di Indonesia
Abstract
Globalisasi ekonomi biasanya dikaitkan pada proses internasionalisasi
produksi, perdagangan, serta pasar uang. Banyak negara di dunia berlomba-lomba
dalam meningkatkan aliran masuk Foreign Direct Investment (FDI) serta pangsa
pasar ekspor dalam perdagangan internasional. Kedua kegiatan tersebut telah
dianggap sebagai hal yang dapat mempercepat proses pertumbuhan ekonomi di
suatu negara.
Keterbukaan ekonomi adalah faktor penting yang berkontribusi dalam
pertumbuhan di suatu negara karena hal itu dapat memberikan sebuah peluang
pada setiap negara untuk mengekspor barang. Pada akhirnya untuk meningkatkan
pertumbuhan ekomi di era global ini mendorong negara-negara di dunia
melakukan ekspor melalui perdagangan internasional untuk memperkuat posisi
mereka di dunia internasional. Semakin pesatnya perkembangan globalisasi itu
pula membuat hubungan antar negara semakin meluas ke segala aspek seperti
membuka kesempatan investasi dikancah internasional. Investasi langsung oleh
asing merupakan ciri keterbukaan ekonomi dan adanya globalisasi ekonomi.
Salvatore (2007).
Industri manufaktur di Indonesia mengalami pertumbuhan yang tinggi
pada periode akhir 1980-an hingga akhir tahun 1997 sebagai dampak kebijakan di
sektor industri yang bersifat outward looking. Kebijakan yang bertujuan
mendorong industri berorientasi ekspor ini (outward looking) dimulai sejak tahun
1985 melalui reformasi kepabeanan yang telah mengurangi clearing time dan
biaya impor untuk bahan baku. Pemerintah juga membentuk Pusat Pengelolaan
Pembebasan dan Pengembalian Bea Masuk (P4BM) yang memberikan fasilitas
pengembalian pajak dan pengecualian tarif bagi perusahaan yang melakukan
ekspor. Selain itu deregulasi investasi juga dilakukan untuk menarik Foreign
Direct Investment (FDI). Kebijakan tersebut telah berhasil meningkatkan FDI
Indonesia dari USD 1,7 pada tahun 1986 menjadi USD 12,5 pada tahun 1991
(ADB, 2014). Berbagai paket kebijakan pemerintah telah berhasil meningkatkan
ekspor manufaktur Indonesia dari hanya 7% menjadi 50% dari total ekspor pada
tahun 1997.
Hasil analisis dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS)
menunjukkan beberapa hasil hubungan yang mempengaruhi variabel-variabel
yang mencerminkan Kurs dan Foreign Direct Investment (FDI) dicerminkan
dengan ekspor manufaktur. Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel Kurs
menunjukkan bahwa signifikan dengan arah pengaruh negatif terhadap ekspor
manufaktur hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghani dan
Aridul (2020) yang menunjukkan hasil pertumbuhan ekonomi negara mitra
dagang berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor Indonesia. Variabel FDI
menunjukkan arah pengaruh poistif terhadap ekspor manufaktur hal ini sejalan
dengan penilitian yang dilakukan oleh Julius Natanael dan Nyoman Djinar (2019)
yang menunjukkan hasil bawah secara parsial variabel Foreign Direct Investment
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor Indonesia.