Perbedaan Status Karies Siswa SMP Sederajat Yang Berasrama dengan Yang Tidak Berasrama di Kabupaten Jember
Abstract
Karies merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling
banyak terjadi di dunia dan menyerang segala usia. Menurut SKI 2023, prevalensi
karies aktif di Provinsi Jawa Timur adalah 38,6%. Kabupaten Jember memiliki
kasus kerusakan gigi atau gigi berlubang sebesar 50,87%. Dampak utama yang
muncul pada penderita karies yaitu nyeri. Rasa nyeri mengakibatkan terjadinya
gangguan terhadap pola makan, pola tidur, kegiatan sekolah dan juga sosial.
Seperlima dari populasi dunia ialah remaja, didefinisikan oleh WHO sebagai
kelompok usia 10 sampai 19 tahun yang merupakan kelompok sasaran penting
untuk pembangunankesehatan gigi dan mulut. Lingkungan anak di sekolah dapat
berpengaruh terhadap risiko terjadinya karies.
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik termasuk remaja.
Lingkungan terdiri dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Risiko
karies akan meningkat saat siswa tinggal di asrama dan jauh dari pengawasan
orang tua. Siswa yang di lingkungan keluarga atau di rumah cenderung
mendapatkan pengawasan dari orang tua secara langsung. Sekolah asrama atau
boarding school dikenal dengan nama pondok, perguruan atau pondok pesantren,
yang mana peserta didik akan tinggal di kompleks sekolah selama 24 jam.
Kabupaten Jember memiliki institusi asrama seperti pesantren terbanyak dengan
jumlah 611 pondok pesantren dan jumlah pesantren tersebut tertinggi di Jawa
Timur. Menurut Data Pokok Pendidikan (Dapodik), jumlah SMP sederajat
terbanyak berada di Kecamatan Kaliwates.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbedaan status karies siswa SMP
sederajat yang berasrama dengan yang tidak berasrama di Kabupaten Jember.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional analitik dengan
rancangan penelitian cross-sectional. Teknik pengambilan sampel dari penelitian adalah dengan purposive sampling. Variabel bebas pada penelitian ini adalah
siswa SMP berasrama dengan yang tidak berasrama, variabel terikatnya adalah
status karies. Analisis statistik yang digunakan yaitu Mann Whitney Test.
Jumlah siswa yang didapat pada penelitian ini adalah 379 siswa SMP kelas 9.
Hasil penelitian menunjukkan distribusi DMFt dari sampel secara keseluruhan
yaitu indeks D/decayed sebanyak 1338 gigi, M/missing sebanyak 40 gigi dan
F/filled sebanyak 31 gigi. Rata-rata DMFt secara keseluruhan adalah 3,73 yang
menurut WHO termasuk dalam kategori sedang. Rata-rata DMFt siswa yang
berasrama adalah 4,12 sedangkan siswa yang tidak berasrama adalah 3,62. Hasil
rata-rata indeks DMFt siswa yang berasrama lebih tinggi memiliki kemungkinan
disebabkan karena kebiasaan buruk, siswa yang kurang peduli dengan kesehatan
gigi dan mulut dan pengawasan orang tua yang kurang. Hasil uji beda statistik
menunjukkan nilai p-value 0,559 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan
antara yang siswa yang berasrama dengan yang tidak berasrama.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2133]