Gambaran Performa Perawat dalam Perawatan BBLR di Wilayah Agrikultural
Abstract
Bayi dengan berat badan lahir rendah menjadi penyebab kedua kematian neonatal
di Indonesia. Bayi BBLR akan membutuhkan perawatan yang intensif pada saat
masa pemulangan dari rumah sakit ke rumah nya, dalam masa peralihan bayi
BBLR dapat terjadi masalah seperti gangguan pernapasan, hipotermia, serta
gangguan asupan nutrisi. Bayi BBLR rehospitalisasi, karena mengalami dehidrasi,
febris, sesak napas, diare dan muntah, hal ini dikarenakan ibu dan keluarga belum
siap melakukan perawatan di rumah. Perawatan bayi BBLR di rumah kurang
adekuat akibat dari kecemasan psikologis pada ibu dengan melahirkan bayi yang
kecil, berat badan rendah, merasa tidak mampu merawat akibat perawatan
sebelumnya di ruang NICU yang canggih dengan (peralatan, lampu), kekerasan
pada pasangan ataupun kelahiran yang tidak diinginkan. Keluarga yang tidak
mampu merawat bayi BBLR akan membutuhkan support dan performa perawat
dalam melakukan pemenuhan kebutuhan bayi BBLR, namun pada kenyataan nya
program home visit pada neonatus masih ditemui hambatan dalam penanganan
nya.
Orangtua dengan bayi BBLR akan mengalami hambatan dalam melakukan
perawatan dikarenakan biaya yang tidak sedikit ketika sering ke pelayanan
kesehatan, beberapa masalah juga dapat muncul ketika lingkungan rumah bayi
BBLR belum terkondisikan dengan baik, hal tersebut dapat menjadi port of entry
bakteri atau virus yang akan mengganggu kesehatan bayi BBLR. Diperlukan
peran performa perawat dalam melakukan perawatan BBLR di rumah atau dengan
kunjungan rumah oleh perawat, hal ini sesuai dalam Peraturan Menteri Kesehatan
No. 53 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial yakni
disebutkan dalam pasal 5 ayat 1. Performa perawat dalam melakukan pelayanan
dapat berupa promotif dan preventif namun tanpa menghilangkan perawatan
kuratif dan rehabilitatif baik individu keluarga hingga kelompok melalui nursing
process.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini
melihat gambaran atau mengidentifikasi performa perawat dalam perawatan
BBLR di Wilayah Agrikultural, Jember. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua perawat yang pernah menangani BBLR di wilayah Puskesmas Agrikultural
yakni Ajung, Sumbersari, Rambipuji, Panti, Kalisat. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagian perawat yang pernah menangani bayi BBLR
yang berada di wilayah Puskesmas wilayah agrikultural dengan total sampel
adalah 68 dihitung dari masing-masing Puskesmas. peneliti mengambil teknik
total sampling karena jumlah populasinya kurang dari 100. Kuisioner yang
digunakan peneliti adalah Kuesioner Multi Source Feedback (MSF) yang
dimodifikasi.
Responden dalam penelitian ini adalah perawat di puskesmas yang pernah
melakukan kunjungan rumah atau perawatan BBLR di wilayah Puskesmas Ajung,
Panti, Sumbersari, Rambipuji, Kalisat yang berjumlah 68. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa mayoritas responden adalah perawat dengan usia antara 31-
40 tahun, serta mayoritas memiliki tingkat pendidikan terakhir D3 Keperawatan.
Secara umum responden merupakan perawat di Puskesmas di wilayah
Agrikultural (Jember) yang pernah melakukan kunjungan rumah atau merawat
bayi BBLR. Dalam konteks performa perawat melakukan perawatan BBLR,
mayoritas perawat di wilayah kerja Puskesmas Agrikultural Jember memiliki
performa baik diikuti rendah dan cukup. Namun terdapat hal menarik, di beberapa
Puskesmas ternyata perawat masih belum mendapatkan pelatihan tentang
kegawatdaruratan neonatus maupun perawatan BBLR masih kurang. Hasil
penelitian menggunakan distribusi frekuensi dan prosentase menunjukkan tingkat
performa perawat yang baik adalah sebanyak 43 (63,2%) dari 68 (100%).
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1628]