Hubungan Quick of Blood dengan Depresi pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Stadium V yang Menjalani Hemodialisis di RSD dr. Soebandi Jember
Abstract
Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan masalah kesehatan yang kasusnya
semakin bertambah di dunia. Penyakit ginjal kronik diklasifikasikan menjadi lima
stadium berdasarkan nilai Laju Filtrasi Glomerulus (LFG). Pasien dengan PGK
stadium V memerlukan terapi pengganti ginjal, di mana hemodialisis merupakan
terapi pengganti ginjal yang paling sering digunakan. Penilaian untuk menilai
efektivitas dari hemodialisis disebut dengan adekuasi hemodialisis. Quick of blood
(QB) merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi adekuasi
hemodialisis dikarenakan semakin tinggi QB, semakin banyak pula volume darah
yang dapat dibersihkan dari urea dan toksin-toksin lainnya.
Pasien hemodialisis mengalami beban adaptasi yang cukup berat akibat
kondisi tubuhnya yang melemah dan ketergantungannya pada mesin hemodialisis
sepanjang hidupnya. Hal ini menyebabkan depresi menjadi salah satu gangguan
psikologis yang sering terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisis. Selain dari
faktor psikologis, depresi juga dapat disebabkan oleh faktor biologis dari dalam
tubuh. Uremia, kondisi dimana terjadi penumpukan urea dalam darah, dapat
memicu aktivasi sitokin proinflamasi yang secara signifikan berkontribusi terhadap
timbulnya gejala depresi. Salah satu faktor yang memengaruhi terjadinya uremia
yaitu QB. Semakin tinggi QB, semakin banyak juga urea yang dapat dibuang dari
tubuh sehingga risiko terjadinya uremia dapat berkurang. Sejauh ini, penelitian
mengenai hubungan tersebut masih terbatas, terutama untuk populasi pasien PGK
stadium V di Kabupaten Jember. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai hubungan QB dengan depresi pada pasien PGK
stadium V yang menjalani hemodialisis di RSD dr. Soebandi Jember.
Desain penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional yang dilaksanakan di unit hemodialisis RSD dr.
Soebandi Jember pada bulan September – Desember 2024. Data primer diperoleh
dari data QB dan jawaban kuesioner PHQ-9 yang diambil dengan wawancara
langsung kepada responden. Sementara itu, data sekunder diperoleh dari rekam
medis di RSD dr. Soebandi Jember. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh
pasien PGK stadium V yang menjalani hemodialisis di RSD dr. Soebandi Jember
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan teknik total sampling dan didapatkan 106 sampel. Data
yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan uji Spearman.
Hasil statistik menunjukkan bahwa sebagian besar pasien PGK stadium V
yang menjalani hemodialisis memiliki nilai QB tinggi (³200), yaitu sebesar 58,5%
dan mengalami depresi minimal (43,4%). Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa
nilai p-value 0,828 yang berarti nilai p>0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
variabel QB tidak mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan depresi pada pasien hemodialisis. Sementara itu, untuk variabel pengganggu, yaitu
usia, jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan, pekerjaan, lama menjalani
hemodialisis, dan tipe akses vaskular menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna dengan depresi pada pasien hemodialisis. Kesimpulan pada penelitian ini
adalah tidak ada hubungan antara QB dengan depresi pada pasien PGK stadium V
yang menjalani hemodialisis di RSD dr. Soebandi Jember. Penelitian di masa depan
perlu mengombinasikan PHQ-9 dengan metode pengukuran tambahan, seperti
wawancara klinis oleh tenaga kesehatan ahli atau dengan kuesioner tambahan
seperti HADS. Selain itu, diperlukan penelitian lebih lanjut menggunakan variabel
yang berbeda, seperti fatigue dan kadar ureum reduction rate untuk mengetahui
faktor lain yang memengaruhi.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1539]