dc.description.abstract | Stunting merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang kompleks, terutama di wilayah
pesisir yang rentan terhadap keterbatasan akses pendidikan, ekonomi, dan layanan kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor sosial dan perilaku yang berkontribusi
terhadap kejadian stunting pada balita di wilayah pesisir. Faktor sosial yang diteliti meliputi
tingkat pendidikan ibu, pekerjaan orang tua, dan jumlah anak. Faktor perilaku yang diteliti
meliputi praktik pemberian ASI eksklusif, pemberian MPASI, dan inisiasi menyusui dini.
Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif analitik dengan pendekatan cross-sectional.
Sampel sebanyak 240 ibu dengan balita dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Data
dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur dan dianalisis menggunakan uji chi-square dan
regresi logistik. Hasil analisis chi-square menunjukkan hubungan signifikan antara tingkat
pendidikan ibu (p=0,0001), pekerjaan orang tua (p=0,0004), jumlah anak (p=0,0000), praktik
pemberian ASI eksklusif (p=0,0000), pemberian MPASI (p=0,0000), dan inisiasi menyusui
dini (p=0,0335) dengan kejadian stunting. Analisis regresi logistik menunjukkan bahwa jumlah
anak >3 (OR=4,26) dan pemberian MPASI yang tidak adekuat (OR=3,97) merupakan
prediktor paling kuat. Temuan ini mengindikasikan bahwa stunting pada balita tidak hanya
disebabkan oleh kondisi biologis, tetapi sangat dipengaruhi oleh faktor sosial dan perilaku
pengasuhan. Kurangnya pengetahuan gizi, beban ekonomi keluarga, serta praktik pemberian
makan yang tidak sesuai usia memperburuk kondisi gizi anak. Intervensi stunting di wilayah
pesisir perlu difokuskan pada edukasi ibu tentang praktik pemberian makan yang tepat dan
penguatan layanan kesehatan berbasis komunitas. | en_US |