Variasi Konsentrasi Kitosan Modifikasi Nanopartikel pada Pewarnaan Kain Katun Menggunakan Zat Warna Kulit Kakao (Theobroma Cacao L.)
Abstract
Kulit buah kakao merupakan limbah hasil perkebunan yang belum
dimanfaatkan secara optimal padahal mengandung senyawa kimia yang dapat
dimanfaatkan sebagai zat warna alami yaitu tanin. Tanin merupakan senyawa
polifenol yang dapat menghasilkan warna kuning hingga kecoklatan dan dapat
digunakan sebagai pewarna tekstil. Senyawa tanin pada kulit buah kakao diperoleh
melalui metode ekstraksi. Kulit buah kakao terlebih dahulu dikeringkan dan
dihaluskan hingga menjadi serbuk. Ekstraksi kemudian dilakukan pada suhu 80oC
selama 2 jam. Ekstrak tanin yang diperoleh selanjutnya dimanfaatkan sebagai
pewarna kain katun. Zat warna alami biasanya memiliki warna yang kurang tajam
dan mudah memudar karena ikatannya yang lemah dengan kain sehingga
diperlukan adanya zat lain berupa mordan.
Mordan yang digunakan yaitu kitosan yang dimodifikasi ukurannya
menjadi nanopartikel dengan tujuan agar mordan terdistribusi secara merata pada
kain karena luas permukaan partikel yang semakin besar. Nanopartikel kitosan
dibuat menggunakan metode gelasi ionik dengan cara menambahkan tripolifosfat
ke dalam larutan kitosan tets demi tetes sambil diaduk menggunakan magnetic
stirrer selama 2 jam. Penelitian ini menggunakan kitosan dengan variasi
konsentrasi 0,1%; 0,2%; dan 0,3% yang dimodifikasi ukurannya menjadi
nanopartikel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan tanin yang
terdapat dalam kulit kakao dan pengaruh dari variasi konsentrasi mordan kitosan
yang dimodifikasi menjadi nanopartikel terhadap hasil pewarnaan pada kain katun.
Proses ekstraksi kulit buah kakao menghasilkan ekstrak berwarna coklat
yang berubah menjadi warna hijau kehitaman saat ditetesi FeCl3. Hal ini
menunjukkan bahwa ekstrak ini mengandung senyawa tanin. Ekstrak zat warna
yang diperoleh selanjutnya ditentukan kadar taninnya menggunakan
spektrofotometer UV-VIS dan diperoleh sebesar 5,413 ± 0,002 mg TAE/g atau 0,541% ± 0,002 per gram serbuk kulit kakao. Ekstrak yang diperoleh juga dianalisis
struktur kimianya menggunakan FTIR. Hasil yang diperoleh yaitu muncul
spektrum gugus O-H pada 3324 cm-1, gugus C-H pada 2917 cm-1, gugus C=O
stretching pada 1734 cm-1, gugus C-C aromatik pada 1597 cm-1, dan gugus C-O
pada 1028 cm-1. Nanopartikel kitosan yang diperoleh dari penelitian ini ditentukan
solid content-nya dan diperoleh sebesar 0,1039% hingga 0,3047%. Nanopartikel
kitosan tersebut dianalisis menggunakan PSA (Particle Size Analyzer) dan hasil
yang diperoleh yaitu ukuran partikelnya sebesar 118-332 nm. Ekstrak yang
diperoleh juga dianalisis struktur kimianya menggunakan FTIR. Hasil yang
diperoleh yaitu muncul spektrum gugus O-H dan gugus amina (-NH2) pada 3334
cm-1, gugus N-H bending pada 1622 cm-1 dan 1611 cm-1, serta gugus P=O
stretching pada 1104 cm-1
.
Hasil pewarnaan kain katun menggunakan zat warna alami dari kulit kakao
dengan penambahan mordan nanopartikel kitosan memiliki warna yang lebih gelap
daripada kain tanpa mordan. Hal ini menunjukkan bahwa mordan dapat
meningkatkan kekuatan ikatan antara kain dengan zat warna. Mordan yang
digunakan pada penelitian ini adalah kitosan yang dimodifikasi menjadi
nanopartikel. Semakin tinggi konsentrasi kitosan yang digunakan semakin tinggi
pula beda warna yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan semakin banyaknya zat
warna yang terserap pada kain. Kain yang telah diwarnai dan dilapisi mordan
memiliki tahan luntur yang lebih baik dibandingkan dengan kain tanpa mordan.
Perbedaan konsentrasi kitosan yang digunakan tidak memberikan pengaruh yang
signifikan pada ketuaan warna kain secara visual. Akan tetapi, pada uji tahan luntur
warna berdasarkan gray scale menurut SNI ISO 105-C06:2010 kain dengan
ketahanan luntur warna paling baik dimiliki oleh kain dengan mordan kitosan 0,2%
yang dimodifikasi menjadi nanopartikel dengan nilai cukup baik (3-4).