ENGARUH APLIKASI Trichoderma spp TERHADAP PENYAKIT REBAH BATANG Rhizoctonia solani PADA PERSEMAIAN BIBIT KOPI ROBUSTA
Abstract
Kopi merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang
mempunyai kontribusi cukup nyata dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai
penghasil devisa, sumber pendapatan petani, penghasil bahan baku industri,
penciptaan lapangan kerja dan pengembangan wilayah. Maka dari itu, penggunaan
benih kopi memerlukan jaminan tingkat kemurnian yang tinggi dan bebas
dari gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT). Organisme pengganggu
tanaman yang perlu diwaspadai pada benih utamanya adalah Cendawan R. Solani.
Salah satu alternatif pengendalian yang dapat kita gunakan yaitu
menggunakan agen hayati yang lebih ramah terhadap lingkungan yaitu
Trichoderma spp. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui masa inkubasi, gejala
penyakit dan kejadian penyakit pada persemaian bibit kopi robusta setelah
diaplikasikan oleh konsentrasi dan frekuensi Trichoderma spp yang berbeda dan
mengetahui konsentrasi dan frekuensi yang terbaik dalam pengaplikasinnya.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK) faktorial, yaitu faktor frekuensi aplikasi dan konsentrasi aplikasi
Trichoderma spp dengan tiga kali ulangan. Frekuensi aplikasi yang digunakan
yaitu satu minggu sebelum tanam, pada saat tanam dan 1 minggu setelah tanam.
Sedangkan konsentrasi aplikasi yang digunakan yaitu 0%, 10%, 20%, dan 30%,
sehingga terdapat 12 kombinasi perlakuan dan tiga kali ulangan. Pengamatan
dilakukan pada masa inkubasi, gejala penyakit dan insiden/kejadian penyakit
R.solani. Hasil pengamatan kemudian dianalisis menggunakan analisis ragam
dengan taraf kepercayaan 95%. Perlakuan yang berbeda nyata dilanjutkan dengan
uji Tukey pada taraf kepercayaan 95%.
Hasil pengamatan menunjukkan Masa Inkubasi penyakit R. solani pada
kombinasi perlakuan A3B1 dan A3B4 (aplikasi konsentrasi Trichoderma spp.
10% dan 30 % dengan frekuensi aplikasi sebanyak 3 kali /sebelum tanam, pada
vi
saat tanam dan setelah tanam) paling lama dibandingkan dengan perlakuan yang
lainnya, yaitu gejala serangan mulai tampak pada umur 27 dan 31 hari setelah
tanam (hst). Total tanaman yang terserang gejala penyakit R. solani pada
perlakuan aplikasi Trichoderma spp dengan frekuensi aplikasi sebanyak 3 kali
(A3) lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan A1 dan A2, dan
insiden/kejadian penyakit rata-rata paling banyak terjadi pada kombinasi
perlakuan A3B1 sebanyak 33,33% dan rata-rata paling sedikit terjadi pada
kombinasi perlakuan A1B2,A1B4, A2B2, dan A3B4 sebanyak 3,33%.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]