Komunitas Ondel-Ondel DKI Jakarta (KOODJA) dan Eksistensi Berkesenian
Abstract
Ondel-ondel merupakan salah satu dari delapan Ikon Budaya Betawi, dan
tulisan ini membahas mengenai pelestarian dan penghormatan terhadap kesenian
ondel-ondel sebagai bagian dari budaya Betawi, serta pentingnya memahami dan
menghargai makna sebenarnya dari kesenian tersebut. Hal ini juga menunjukkan
urgensi untuk melawan eksploitasi dan penyalahgunaan ondel-ondel sebagai objek
pengamen yang merendahkan nilai budaya dan kesenian Betawi. Komunitas
penggiat seni ondel-ondel di DKI Jakarta yaitu KOODJA dan pemerintah
berintegrasi dalam upaya penegakan pelestarian dan penghormatan terhadap
kesenian ondel-ondel melalui pembinaan dan penindakan terhadap pengamen
ondel-ondel yang melanggar ketetapan yang telah ditetapkan. Maka dari itu
rumusan masalah dari tulisan ini adalah “Bagaimana Komunitas Ondel-Ondel DKI
Jakarta (KOODJA) mengorganisir eksistensi seniman ondel-ondel di DKI
Jakarta?”. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mencari tahu,
menganalisa, dan mendeskripsikan: Komunitas Ondel-Ondel DKI Jakarta
(KOODJA) dalam mengorganisisr eksistensi seniman ondel-ondel dan integrasinya
dengan dinas kebudayaan DKI Jakarta yang dianalisa dengan menggunakan teori
yang relevan.
Teori yang menjadi batu pijakan dalam penelitian ini adalah teori integrasi
sosial oleh Emile Durkheim tentang konsep solidaritas mekanik dan solidaritas
organik, serta mengkontekstualisasikannya pada pola integrasi sosial KOODJA dan
Dinas Kebudayaan DKI Jakarta dalam upaya membangun eksistensi kesenian
Betawi, yaitu Ondel-ondel. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan studi kasus. Sementara teknik penentuan informan yang
digunakan oleh peneliti adalah teknik snowball sampling dimana peneliti akan
menentukan informan kunci dalam penelitian ini kemudian akan menggunakan
rujukan informan kunci untuk dijadikan sebagai informan selanjutnya yang
dianggap relevan dengaccn penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Lokasi
yang dijadikan tempat penelitian oleh peneliti adalah DKI Jakarta yang merupakan
pusat berkembangnya kesenian dan budaya Betawi salah satunya ondel-ondel.
Kemudian dalam tahap pengumpulan data menggunakan metode observasi,
wawancara dan dokumentasi. Data-data yang telah diperoleh kemudian dianalisis
dan diuji keabsahannya dengan menggunakan teknik triangulasi data yang
bertujuan untuk mengkomparasi data empiris di lapangan dengan tidak langsung
menjustifikasi hasil temuan pada satu informasi saja, tetapi dianalisis kembali dari
data yang diperoleh dari berbagai sumber yang berbeda.
Temuan penelitian mengungkapkan adanya perubahan sosial yang terjadi
pada masyarakat Betawi, dari solidaritas mekanik ke solidaritas organik. Solidaritas
mekanik yaitu solidaritas berdasarkan kesamaan dan ketergantungan yang
menganggap kesenian ondel-ondel sebagai sebuah sistem sosial berupa tradisi
mitologis penolak bala. Sementara solidaritas organik, yaitu solidaritas berdasarkan
keberagaman fungsi dan spesialisasi sosial dalam masyarakat modern. Kesenian
ondel-ondel tidak lagi dianggap mitos masyarakat Betawi, melainkan pada hari ini
kesenian ondel-ondel memiliki fungsi sosial sebagai identitas DKI Jakarta.
Ternyata kesadaran kolektif para seniman untuk melestarikan ondel-ondel dalam
lingkup sekitar komunitas saja tidak cukup. Untuk mengatasi anomali, KOODJA
harus mengintegrasikan organisasinya sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
Dinas Kebudayaan DKI Jakarta. Sehingga terjalin bentuk solidaritas organik yang
kuat dalam melestarikan kesenian ondel-ondel Betawi. KOODJA dan Dinas
Kebudayaan DKI Jakarta saling ketergantungan secara fungsional, memliki
pembagian peran dan tugas, memiliki kesadaran kolektif dalam menjaga identitas
budaya dan hubungan ini juga memberikan fungsi pada perekonomian dan
pariwisata di DKI Jakarta.